Jalan Darat

Oleh Dahlan Iskan

Jalan Darat
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Izin-izin pembangunan jalan tol di sektor itu sudah keluar sejak zaman Pak Harto, tetapi macet karena krismon pada 1998. Banyak tanah yang sudah dibebaskan di zaman Presiden SBY.

Baca Juga:

Termasuk tanah saya yang sekarang menjadi bagian dari bundaran Waru, dekat Surabaya. Yang nilainya jauh lebih kecil dari harga pembelian sebelumnya.

Tetapi ya sudahlah. Untuk kepentingan umum.

Di sektor Surabaya-Solo ini saya harus memberikan pujian tinggi kepada kontraktor maupun pengawasnya. Terutama sub-sektor Madiun-Solo.

Menurut perasaan saya, di sub-sektor inilah permukaan jalannya paling bagus. Saya bisa memacu kendaraan, maaf, sampai 160 Km per jam. Apalagi jalannya juga lebih sepi.

Di sub-sektor selanjutnya (Solo-Salatiga) juga bisa ngebut. Kualitas jalannya juga bagus. Saya ingin menyebut nama kontraktornya di dua sub-sektor ini. Tapi saya tidak tahu siapa.

Pun saya tidak tahu siapa pengawasnya. Biasanya pekerjaan kontraktor lebih bagus kalau pengawasnya juga bagus.

Sampai lepas Salatiga menuju Semarang, saya masih berterima kasih kepada Presiden Jokowi, tetapi tidak bisa ngebut lagi. Banyak tikungan, tanjakan dan penurunan.

Setiap lewat tol itu tetap saja saya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi. Saya bisa memacu kendaraan, maaf, sampai 160 Km per jam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News