Jalan Singapura

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jalan Singapura
Patung Merlion dengan latar belakang Marina Bay Sands Singapura. Foto: Joyce Fang/The Straits Times

Singapura menjadi sukses besar melalui investasi asing yang menjadikan Singapura sebagai salah satu pusat perdagangan dan keuangan dunia.

Singapura--yang secara berkala berada di peringkat puncak sebagai tempat terbaik di dunia untuk melakukan bisnis--memberikan jaminan kesejahteraan kepada 5,4 juta warganya.

Singapura menyubsidi perumahan rakyat dan menetapkan aturan untuk melestarikan keharmonisan antara warga Tionghoa, India, dan komunitas Melayu yang menjadi bumiputera.

Etnis Melayu menjadi minoritas yang tidak terlalu menonjol dalam peran ekonomi dan politik. Akan tetapi, mereka terhibur dengan diberi posisi sebagai presiden dalam sistem pemerintahan parlementarian Singapura.

Dalam sistem ini, perdana menteri menjadi kepala pemerintahan yang mengendalikan kebijakan setiap hari. Presiden sebagai kepala negara lebih banyak menjalankan peran seremonial.

Lee, anak sulung dari empat bersaudara dalam keluarga China kelas menengah, menempuh pendidikannya di Raffles College Singapura sebelum mendapatkan gelar sarjana hukum dari Cambridge University, Inggris.

Dia menikah dengan pengacara Kwa Geok Choo pada tahun 1950. Pada tahun yang sama saat ia membuat firma hukum Lee & Lee dengan adiknya, Lee Kim Yew.

Istrinya meninggal pada 2010 di usia 89 tahun setelah sakit cukup lama. Lee meninggal pada 2015 dan ditangisi oleh rakyat Singapura yang merasakan hasil pembangunannya.

Jalan Singapura sekarang ditempuh China dengan sukses. Banyak negara lain yang tergoda untuk mengikuti jalan yang sama, membangun ekonomi tanpa demokrasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News