Jangan Di-klik, Pliiis! Slamet Rijadi Kader PKI

Jangan Di-klik, Pliiis! Slamet Rijadi Kader PKI
Patung Slamet Rijadi di Kota Solo. Foto: Radar Kedu/JPNN.com.

Suatu hari, sebagaimana dikisahkan Julius Pour dalam buku Ignatius Slamet Rijadi (Gramedia Pustaka Utama 2008), markas Batalyon Slamet Rijadi di Boyolali pernah dikepung satu kompi pasukan Siliwangi yang merasa punya hak membersihkan komunis paska Peristiwa Madiun 1948.

"Slamet Rijadi langsung keluar ruangan untuk menyongsong pasukan Siliwangi, kemudian menghadang di depan pintu sambil membawa senapan mesin," tulis Pour.

Dia bilang tak ada komunis di sana. Karena pasukan itu memaksa ingin memeriksa dan melakukan penggeledahan, dengan datar, menurut cerita Pour, Slamet Rijadi berkata…

Kalau kalian masih tetap memaksa, demi kehormatan saya, karena ini markas saya…, silahkan. Tetapi, untuk itu kita memang terpaksa harus bertempur.

Suasana hening. Mencekam beberapa menit sebelum akhirnya komandan pasukan Siliwangi memerintahkan anak buahnya mundur.

Pelaut Tangguh

Ignatius Slamet Rijadi lahir di Solo, hari Selasa, 26 Juli 1927. Sebelum Jepang datang, dia mengampuh pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) dan MULO afd B. 

Medio 1943, Slamet Rijadi masuk Koto Sening Yoseisho atau Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT).

SLAMET Rijadi bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) ketika perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sedang berkecamuk.  Wenri Wanhar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News