Jangan Sampai Kerjasama dengan Arab Rugikan Indonesia

Jangan Sampai Kerjasama dengan Arab Rugikan Indonesia
Raja Salman saat hendak turun di Indonesia. Foto: Imam Husein/Jawa Pos

jpnn.com - jpnn.com - Pengamat ekonomi Salamuddin Daeng mengingatkan pemerintah, bahwa Arab Saudi merupakan kawan Amerika Serikat selama berpuluh-puluh tahun.

Mereka membentuk Petro Dollar sejak 1970-an lalu, di mana minyak menjadi standar dalam pembentukan nilai mata uang dollar AS.

Namun kini pemerintah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump punya kebijakan baru.

"Trump mengatakan, no Saudi oil. Ini adalah era 'complete American energy independence'. AS malah hendak memberlakukan tarif yang tinggi bagi impor minyak Arab Saudi," ujar Salamuddin di Jakarta, Kamis (2/3).

Menurut Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) ini, kondisi yang terjadi penting menjadi perhatian pemerintah. Karena akibat kebijakan baru Amerika tersebut, Arab Saudi termasuk OPEC kehilangan pasar terbesar mereka.

Salamuddin melihat, ada kecenderungan lawatan keliling Asia Raja Arab, termasuk ke Indonesia, merupakan upaya untuk mencari pelampung penyelamat dalam rangka menahan Arab Saudi dari turbulensi.

"Jadi kemungkinan untuk mencari pembeli tetap dari minyak mereka (Arab Saudi,red) dalam jangka panjang. Tidak lupa raja minyak membawa seluruh pangeran yang berpotensi melakukan kudeta. Raja Salman tidak mau bernasib sama dengan Raja Faizal," tutur Salamuddin.

Salamuddin mengingatkan, jangan sampai kedatangan Raja Arab hanya dipandang sebaga rejeki nomplok semata. Tapi perlu ditelaah lebih jauh, jangan sampai kerja sama nantinya merugikan bagi Indonesia di kemudian hari.

Pengamat ekonomi Salamuddin Daeng mengingatkan pemerintah, bahwa Arab Saudi merupakan kawan Amerika Serikat selama berpuluh-puluh tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News