Jembatan Lagu

Oleh: Dahlan Iskan

Jembatan Lagu
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Tinggi jembatan itu 56 meter dari air: sangat tinggi kan? Kapal setinggi apa pun mestinya sangat aman lewat di bawahnya.

Lebar bentang tengahnya pun luar biasa. Lebih lebar dari mulut politisi mana pun: 366 meter. Seharusnya dikemudikan sambil tidur pun kapal bisa lewat dengan aman.

Akan tetapi mesin utama kapal tiba-tiba mati. Yakni pada saat kecepatan kapal 8 knot. Malam tidak kelam. Lampu di kawasan itu menyala tanpa pakai prinsip hemat energi. Tetapi udara waktu sahur malam itu masih agak dingin: 9 derajat. Pukul 01.30.

Kapten kapal tidak tertidur. Sang kapten segera kirim penanda SOS. Gunanya: agar jalan raya I-695 ditutup.

Itu memang bukan satu-satunya jalan yang menghubungkan Washington/Maryland ke Philadelphia/New York. Di dekat pelabuhan Baltimore itu masih ada satu lagi jembatan yang melintas muara sungai. Lebih ke kota. Lebih pendek. Kapal tidak perlu melewati bawahnya.

Maka tidak ada mobil yang lalu-lalang di atas jembatan yang ambruk. Kalau toh ada 8 orang yang tercebur ke laut itu para pekerja perawatan jembatan. Dua di antaranya ditemukan hidup.

Setelah kirim kode SOS kapten kapal juga melakukan prosedur darurat berikutnya: melepaskan jangkar. Maksudnya: agar kapal terpaksa berhenti.

Setiap kapal besar dilengkapi dua jangkar: di kanan depan dan kiri depan. Jangkar itu beratnya 6 ton. Bisa menghunjam ke dasar laut. Lalu yangkut di situ.

PERTANYAANNYA: mengapa kapal itu bisa menabrak jembatan yang begitu penting. Apakah pilot kapalnya tertidur seperti di Batik Air?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News