Jenderal Semut Kebanggaan Bangsa

Jenderal Semut Kebanggaan Bangsa
Jenderal Semut Kebanggaan Bangsa

Yang lebih penting lagi, saya memperoleh track record-nya yang cemerlang. Saat menjabat Dirjen Tanaman Pangan, Pak Tarto membukukan prestasi istimewa: Indonesia memproduksi beras tertinggi dalam sejarah republik ini.

Keputusan saya kian bulat: orang ini jangan diganti. Beri dia iklim manajemen yang baik. Beri dia keleluasaan yang memadai. Beri dia kebebasan yang cukup untuk mengembangkan ambisinya memimpin Bulog. Tentu saya harus menyampaikan putusan saya itu kepada Bapak Presiden SBY.

Dalam kesempatan pertama bertemu Pak SBY saya bicara soal Bulog. "Bapak Presiden, sebaiknya saya tidak mengganti Dirut Bulog. Saya minta diberi waktu untuk membuktikan sendiri apakah dia benar-benar tidak mampu," kata saya.

"Pak Dahlan," kata Bapak Presiden, "Saya serahkan kepada Pak Dahlan untuk mengambil keputusan terbaik." Kata beliau lagi, "Dulu saya setuju diganti karena saya tidak ingin dinilai mempertahankan teman sekolah saya. Kalau selama ini saya menyetujui Pak Tarto diganti, itu karena beliau adik kelas saya di SMA di Pacitan."

Saya pun pamit. Maunya sih berlama-lama di halaman belakang Istana Cipanas yang sejuk dan indah itu. Tapi, puncak Gunung Gede yang mengawal istana itu seperti melarang saya berlama-lama di situ.

Apa kata Pak Tarto? "Saya akan buktikan saya bisa," ujar dia saat saya beri tahu bahwa dia tidak jadi diganti.

Pembicaraan itu kini sudah berlangsung dua tahun. Pak Tarto memenuhi janjinya. Saya sangat senang. Usaha saya mempertahankannya tidak memalukan saya. Bahkan, membuat bangga. Bukan saja untuk saya pribadi, tapi juga membanggakan bangsa Indonesia. Maka tutup tahun 2013 lalu saya menulis di rubrik Manufacturing Hope dengan tema kebanggaan itu.

Inilah berita yang paling menggembirakan bagi bangsa Indonesia di akhir 2013 ini: Indonesia berhasil tidak impor beras lagi. Ini karena pengadaan beras oleh Bulog mencapai angka tertinggi dalam sejarah Bulog. Sampai 25 Desember, Bulog berhasil membeli beras petani sebanyak 3,5 juta ton," begitu tulis saya di pembukaan kolom itu.

SALAH satu masalah yang harus langsung saya hadapi saat diangkat menjadi Menteri BUMN pada akhir 2011 adalah ini: mencari orang yang harus menggantikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News