Jika Tarif Ojol Naik, 53 Persen Pengguna Bakal Kembali ke Kendaraan Pribadi

Jika Tarif Ojol Naik, 53 Persen Pengguna Bakal Kembali ke Kendaraan Pribadi
Ekonom RISED Universitas Airlangga Rumayya Batubara pada diskusi Polemik Trijaya FM dengan topik 'Mencari Titik Tengah Polemik Kenaikan Tarif Ojek Online' yang dipantau secara virtual. Foto: Tangkapan layar Zoom.

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom RISED dari Universitas Airlangga Rumayya Batubara menilai wacana kenaikan tarif ojek online (ojol) sebesar 30-50 persen akan berdampak terhadap penggunanya.

Menurut dia, berdasarkan riset yang telah dilakukan kepada 1.000 pengguna ojol di tiga wilayah zona yang akan mengalami kenaikan, terdapat 53,3 persen menyatakan akan kembali menggunakan kendaraan pribadi ketimbang ojol.

"Sebanyak 53,3 persen responden menyatakan akan balik menggunakan kendaraan pribadi," ujar Rumayya dalam diskusi Polemik Trijaya FM dengan topik 'Mencari Titik Tengah Polemik Kenaikan Tarif Ojek Online' yang dipantau secara virtual, Sabtu (27/8).

Rumayya mengatakan dari 53,3 persen responden tersebut menyatakan keberatan dan akan beralih menggunakan kendaraan pribadi.

Artinya, kenaikan tarif ojol dianggap konsumen dan para pengamat sebagai kebijakan yang tidak bijak di tengah inflasi yang terus naik.

Pada kesempatan yang sama, Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan ada dua faktor yang memengaruhi inflasi menjadi lebih tinggi.

Pertama faktor eksternal, yakni krisis energi dan pangan yang sedang berlangsung saat ini di beberapa negara hingga menyebabkan harga komoditas naik.

Kedua, kebijakan pemerintah atau aturan yang ikut andil berkontribusi mengerek inflasi.

Ekonom RISED dari Universitas Airlangga Rumayya Batubara menilai wacana kenaikan tarif ojol sebesar 30-50 persen akan berdampak kepada penggunanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News