Jokowi dan Myanmar
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

jpnn.com - Di pengujung masa jabatan kedua, Presiden Joko Widodo makin aktif dalam diplomasi internasional.
Terlihat bahwa Jokowi ingin goes international untuk memperluas dan memperkuat kredensialnya.
Hal ini merupakan kemajuan yang mencolok dibanding dengan kiprah Jokowi pada masa-masa awal pemerintahan.
Ketika itu Jokowi tidak aktif dalam diplomasi internasional dan malah cenderung menarik diri.
Jurnalis Australia Ben Blend dalam buku ‘’Jokowi’ The Man of Contradiction’’ menyebut bahwa Jokowi mempunyai keterbatasan wawasan dalam masalah-masalah internasional.
Disebutkan bahwa untuk memberi pemahaman mengenai pentingnya masalah sengketa Laut China Selatan bagi geopolitik Indonesia, seorang pembantu presiden harus memberi penjelasan mendasar dengan memberi contoh perdagangan mebel ke luar negeri.
Kalau situasi laut tidak aman, maka pengiriman barang ke luar negeri akan terancam dan hal itu akan memengaruhi ekonomi dalam negeri.
Setelah dijelaskan dengan contoh sederhana Jokowi baru ngeh.
Seruan Presiden Jokowi tidak akan banyak gunanya kalau tidak disertai tindakan yang lebih konkret, misalnya mengucilkan Myanmar dari komunitas ASEAN.
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu
- 5 Berita Terpopuler: Ada Uang Setoran Masuk, Banyak NIP CPNS & PPPK Terbit, Memalukan dan Tidak Elegan
- Polisi Didesak Proses Laporan Jokowi soal Kasus Ijazah Palsu
- Jokowi Lapor Polisi, Roy Suryo: Peneliti Seharusnya Diapresiasi, Bukan Dikriminalisasi