Juara Kopi

Oleh: Dahlan Iskan

Juara Kopi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ayah John seorang polisi. Ia tidak ingin jadi polisi. Ia ingin berbisnis.

Baca Juga:

Sejak SD, John sudah sering membantu ibunya di Pasar Flamboyan, Pontianak. Sang ibu membuka warung kopi di pasar itu.

Saya tahu benar Pasar Flamboyan itu. Saya lama berkantor di depan pasar itu. Di situlah kantor harian Pontianak Post –sebelum pindah ke gedung barunya di Jalan Gadjah Mada.

Di Pontianak, budaya ngopi di warung sangat dalam. Ngobrol apa saja di situ. Terutama soal politik yang mereka ketahui dari koran.

Pulang sekolah, John ke warung. Membantu sang ibu. Ketika masuk SMA Immanuel, ada industri rumahan penggorengan kopi di dekat sekolah itu.

Ia selalu menghirup aroma kopi yang disangrai. "Saya sudah terbiasa dengan aroma kopi," ujar John.

Sisi baik dari banyaknya kafe sekarang ini: bisa memunculkan banyaknya kegiatan pelatihan di bidang kopi.

Ada pelatihan roaster. Pelatihan barista. Pelatihan brewer.

Banyak anggapan bahwa kopi terbaik tergantung dari daerah asalnya. Itu benar juga. Tetapi yang lebih menentukan adalah bagaimana memproses biji kopi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News