Jubah Hitam Messi Bikin Barat dan Arab Tegang

Jubah Hitam Messi Bikin Barat dan Arab Tegang
Jubah hitam Messi jadi polemik. Foto: AFP

jpnn.com - LONDON - Dunia Barat seperti kebakaran jenggot melihat Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Tsani menyampirkan bisht - sejenis jubah, hitam di pundak Kapten Argentina Lionel Messi saat seremoni penghormatan juara Piala Dunia 2022, di Lusail Stadium, Al Daayen pada Minggu (18/12).

Beberapa media Barat cenderung meledek penyampiran bisht itu.

  • Presenter BBC Sport dan legenda Inggris Gary Lineker memandang jubah hitam justru menutupi jersei Argentina yang dipakai Messi.
  • Surat kabar Telegraph menggambarkan penyampiran bisht sebagai tindakan aneh yang merusak momen di Piala Dunia.
  • Mirror mengeklaim Messi dipaksa menutupi baju timnas Argentina.
  • Wartawan olahraga Inggris Laurie Whitwell, yang bekerja untuk The Athletic Football, mengetwit Qatar ingin hadir dalam gambar trofi Piala Dunia, menggambarkanb menggambarkan bisht sebagai tampilan yang aneh dan tidak perlu.

Sejatinya, buat Dunia Arab jubah hitam itu pakaian terhormat, diberikan kepada tokoh penting. Ada yang menganggap jubah hitam itu diberikan dan dipakai oleh prajurit yang baru memenangi perang.

Bangsa Arab tak terima dengan pandangan orang Barat. Muncul kemarahan di media sosial, dan banyak pengguna mencela penilaian dari Barat itu hal yang bodoh.

  • Kolumnis Ayman Mohyeldin menulis orang Barat menunjukkan ketidaktahuan adat dan tradisi lokal. Dia menilai wajar saja atlet yang menang diberi hadiah khas lokal. Dia mencontohkan Pele yang dapat sombrero selama Piala Dunia 1970 di Meksiko.
  • Beberapa pengguna Twitter juga menanggapi kritik media Barat terhadap bisht. “Messi dibungkus dengan bisht Adalah sebagai penghormatan sebagai pemain terbaik yang mengangkat Piala Dunia. Itu momen ikonik,” tulis seorang pengguna Twitter.
  • Susan Borden, wakil presiden Michael E. DeBakey High School di Qatar, menulis dalam posting LinkedIn bahwa ketika emir memberikan bisht, bahkan meletakkannya sendiri di punggung seseorang, itu adalah penghormatan tertinggi yang dapat diberikan kepada warga sipil itu.

Bisht menjadi pilihan pakaian formal bagi politisi, ulama, dan tokoh berpangkat tinggi di negara-negara Teluk Arab, Irak dan negara-negara di utara Arab selama berabad-abad.

Memakai bisht juga terkait dengan prestise.

Seni menjahit bisht juga tidak sembarangan dan konon ilmunya itu hanya bisa dibagi secara turun-temurun.

Bisht umumnya terbuat dari wol, dengan varian termahal menggunakan bulu unta.

Ada masyarakat Barat yang seperti kebakaran janggut melihat jubah hitam Messi. Orang Arab tak terima.

Sumber Arab News

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News