Jumlah Kasus Pencemaran Nama Baik di Medsos Makin Banyak

"Dalam contoh khusus itu, saya pikir itu lebih kasar atau vulgar, bukannya pencemaran nama baik atau mungkin bisa dibaca sebagai fitnah," ujarnya.
Ia menyambung, "Meski demikian, mungkin saja si penerbit ulang, seperti ABC, harus bertanggung jawab dalam kaitannya dengan publikasi itu."
Jangkauan semakin besar, resiko semakin besar
Pengacara dan dosen RMIT, Dr Mark Williams, mengatakan, perubahan kunci dalam kasus pencemaran nama baik selama 20 tahun terakhir, telah menjadi potensi bagi status online untuk mewabah.
"Anda selalu bisa melakukan pencemaran nama baik, seperti layaknya seseorang mengirimkan surat ke pihak ketiga. Hanya saja, sekarang jangkauannya mendunia, sementara pola pikir dari banyak orang masih cukup lokal dan pribadi," kemukanya.
Ia berpendapat, potensi kerusakan lebih tinggi karena orang-orang sekarang memiliki kemampuan untuk menjangkau lebih banyak orang.
"Kami memiliki kasus yang sangat awal pada tahun 1991 yang melibatkan Universitas Australia Barat dan dua staf mereka yang saling mengatakan beberapa hal buruk antara satu sama lain di blog," kata Dr Mark.
Ia lantas menjelaskan, "Dan pengadilan, dalam kasus itu, mengatakan, karena hanya ada 400 orang di seluruh dunia yang memiliki minat dan hal itu paling berpengaruh terhadap karir satu sama lain, pencemaran nama baik itu dinilai sangat serius, meskipun hanya menjadi perhatian 400 orang."
Jumlah kasus pencemaran nama baik di media sosial tengah meningkat di saat situs seperti Twitter dan Facebook mengubah siapa saja- yang memiliki
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan