Kadin Sepakat Pengalihan Subsidi BBM untuk Hasil yang Lebih Tepat Sasaran

Dia memerinci persentase dengan kenaikan BBM bersubsidi Pertalite sebesar 30 persen dan solar 32 persen dan kontribusinya terhadarp inflasi sebesar empat persen pada Juli 2022, maka penyesuaian kenaikan harga produk sekitar 12-13 persen dari harga semula.
Kendati demikian, industri berskala besar dan sedang tidak akan terlalu terdampak karena menggunakan BBM nonsubsidi.
"Pada skala UMKM tentu akan langsung menyesuaikan, sehingga perlu insentif seperti subsidi bunga KUR, insentif pajak hingga permodalan," ungkapnya.
Namun, pada rencana jangka panjang, ketergantungan pada BBM subsidi harus dilepas secara perlahan karena dunia global sudah mulai bergerak menuju energi baru dan terbarukan yang lebih baik untuk keberlangsungan lingkungan dan dunia usaha.
Selain itu, Indonesia memiliki kekayaan alam yang bisa dijadikan sumber energi baru terbarukan seperti geothermal, angin, surya, hidro dan beberapa sumber mineral seperti nikel sudah seharusnya berada di garda terdepan untuk proses transisi energi terbarukan.
"Tentunya transisi ini harus didukung dengan kebijakan fiskal lainnya seperti insentif dan pengurangan pajak pada pelaku usaha di bidang energi terbarukan agar transisi energi bisa dipercepat," ucap Arsjad. (mcr10/antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid menilai pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebagai langkah tepat yang diambil oleh pemerintah.
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Harga BBM Pertamina Turun, Cek Daftar Lengkapnya!
- Tumbuh Berkelanjutan, Bank Raya Kembali Bukukan Kinerja Keuangan Positif
- Bea Cukai Dukung UMKM di Bekasi dan Makassar Tembus Pasar Ekspor Lewat Kegiatan Ini
- Jurus Bea Cukai Parepare Dorong Laju Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- PT SNJ Luncurkan Mitra Retail Suri Community