Kajian Pakar: Memilih karena Kesamaan Agama, Program Nomor 2
jpnn.com, JAKARTA - Efek domino dari Pilgub DKI Jakarta 2017 diperkirakan bakal menjalar pada pilkada serentak 2018.
Yakni, pemilih yang diprediksi akan mengutamakan kesamaan agama. Kondisi itu membuat potensi penggunaan isu SARA dalam pilkada serentak yang bisa mengoyak persatuan menjadi tinggi.
Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan, kajian sejumlah pakar politik menunjukkan bahwa terjadi pergeseran mindset pemilih.
Dari yang memilih karena program-program kampanyenya menjadi memilih karena kesamaan agama. ”Program kampanye itu menjadi nomor dua,” tuturnya.
Situasi itu menjadikan pilkada serentak yang diikuti 171 provinsi dan kabupaten/kota menjadi rentan.
Kondisinya bisa sedikit memanas seperti DKI Jakarta. Namun, Polri berupaya jangan sampai untuk meledak. ”Hangat makin panas dan panas, tapi jangan sampai meledak,” paparnya.
Maka, ada pengamanan yang telah dipetakan. Setidaknya ada sejumlah daerah rawan, diantaranya Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku dan Sumatera Utara.
Dia mengatakan, untuk Jawa Timur itu karena adanya perubahan pasangan calon, yang loncat dari satu partai ke partai lainnya. ”Lalu, ada pula Jawa Barat yang memang kondisinya perlu perhatian,” jelasnya.
Kondisi itu membuat potensi penggunaan isu SARA dalam pilkada serentak yang bisa mengoyak persatuan menjadi tinggi.
- Rakernas V, PDIP Bahas Sikap dan Posisi Partai di Pemerintahan Prabowo-Gibran
- Menjelang Pilkada Serentak 2024, Agus Fatoni Minta Dukungan TNI
- KPU Makassar: Tak Ada Calon Kepala Daerah Jalur Independen
- Ketua MPR Ajak Kader FKPPI DKI Jaya Sukseskan Pilkada Serentak 2024
- Survei WE Institut: Elektabilitas Eri Cahyadi Tertinggi untuk Pilkada Surabaya 2024
- Menteri Anas Tegaskan Seleksi CASN 2024 tidak Mungkin Ditunda