Kakak Ibu

Oleh Dahlan Iskan

Kakak Ibu
Foto: disway.id

Saya tahu Yu Tun sangat prihatin. Terutama ketika melihat tv setiap hari. Sehari beberapa kali. Bahwa adiknya korupsi Rp 950 miliar. Hampir satu triliun.

Jangan-jangan Yu Tun merasa seringnya uang yang dia terima adalah hasil korupsi. Saya tidak sempat mengklarifikasi.

Setelah saya bisa ke sana lagi Yu Tun sudah kian tidak ingat. Di umurnya yang 75 tahun.

Yang saya bahagia: akhirnya Yu Tun masih ingat siapa saya. "Adikku dewe," katanya terbata. Sambil telapak tangannya mengusap-usap wajah saya. Tidak henti-hentinya. Dengan sorot matanya yang berbinar.

"Adikku dewe," katanya lagi. Dan lagi.

Waktu itu saya jongkok di sebelah tempat tidurnya. Agar bisa dekat dengan wajahnya. Dan bisa membisikkan beberapa kata ke telinganya.

"Da-lan.. Adikku dewe," katanya.

'Adikku dewe' adalah bahasa Jawa untuk 'adikku sendiri'. Tapi kata 'dewe' di situ terasa punya makna khusus yang amat dalam. Setidaknya di perasaan saya.

Di keluarga kami ada kepercayaan ini: kadang orang sulit meninggal karena masih ada ganjalan yang belum terurai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News