Kaku, Dijuluki Bloody Difficult Woman, May PM Baru Inggris

Kaku, Dijuluki Bloody Difficult Woman, May PM Baru Inggris
Theresa May. Foto: AFP

Sebagai pengganti Cameron yang terpaksa lengser setelah kemenangan kubu leave dalam referendum 23 Juni lalu, May berjanji tidak akan menggelar referendum ulang. Meski, sebelumnya, dia adalah salah satu tokoh yang gigih mengimbau masyarakat Inggris untuk menolak Brexit. Bagi May, keputusan rakyat lewat referendum sudah mutlak. Karena itu, dia tidak akan mengujinya lagi dalam referendum baru.

Kendati demikian, May juga tidak akan buru-buru menetapkan tanggal perceraiannya dengan UE. Seperti Cameron, dia lebih memilih untuk membereskan urusan dalam negeri sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Yakni, menentukan bentuk hubungan Inggris dan UE pasca-Brexit. ’’Tidak akan ada tanggal (perceraian dengan UE) sebelum akhir tahun,’’ kata pengoleksi sepatu bermotif leopard tersebut.

Sebelum maju sebagai kandidat PM, May dikenal sebagai menteri yang kaku. Dia sangat teguh memegang prinsip dan tidak mudah dipengaruhi. Atas sifatnya itu, istri Philip tersebut mendapatkan julukan bloody difficult woman dari tokoh senior partai, Kenneth Clarke. May pun lantas menerima label itu dengan positif. Dia menganggap julukan tersebut sebagai apresiasi atas keteguhan hatinya.

Perempuan yang terlahir dengan nama Theresa Brasier itu tidak hanya teguh memegang ideologi politik. Tapi, dia juga religius. Sebagai putri seorang pendeta yang lahir dan besar di Kota Eastbourne, May tumbuh menjadi pribadi yang suka bekerja keras dan tekun. Alumnus Oxford University itu, konon, menemukan belahan jiwanya di kampus yang juga menjadi tempat Cameron menimba ilmu tersebut.

Selepas kuliah, May bekerja di Bank of England. Dia lantas menikah dengan suaminya yang berprofesi sebagai bankir pada 1980, setelah dijodohkan Benazir Bhutto. Dia baru serius terjun ke dunia politik setelah terpilih sebagai legislator pada 1997. Karir politiknya terus meningkat sampai dia menjadi menteri dalam negeri enam tahun lalu. Dia menjadi menteri dalam negeri yang paling lama menjabat di Inggris sejak 1892.

Rabu (13/7), May akan resmi menggantikan Cameron sebagai penguasa Downing Street 10. Tapi, sebelumnya, Cameron akan mengajukan pengunduran dirinya secara resmi kepada Ratu Elizabeth II di Istana Buckingham. ”Keputusan Leadsom untuk mundur sudah tepat. Saya sangat senang May akan menggantikan saya sebagai PM,” kata Cameron dalam jumpa pers kemarin. (afp/reuters/bbc/hep/c23/any)


THERESA May bisa dipastikan akan mengisi kursi perdana menteri (PM) Inggris. Ini menyusul mundurnya Andrea Leadsom dari pemilihan pengganti David


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News