Kalah-Menang Konvoi Motor Keliling Kota

Kalah-Menang Konvoi Motor Keliling Kota
Suasana acara nobar pertandingan antara timnas Belanda melawan Argentina di sebuah kafe di Ambon, Kamis dini hari. Foto: DIAR CANDRA/JAWA POS/JPNN.com
Seingat Wenas, konvoi-konvoi setelah Belanda menang baru ada pada Piala Dunia 2006 atau ketika Piala Dunia berlangsung di Jerman. Fanatisme pendukung Belanda di Ambon meningkat tajam dalam satu dasawarsa terakhir. Misalnya, yang terlihat pada Piala Dunia 2014.

 

Wenas mengungkapkan, yang juga menarik adalah ekspresi warga Ambon dalam mendukung tim kesayangannya. Tidak lagi didominasi pendukung timnas Belanda, melainkan juga timnas-timnas lainnya. Hal itu bisa dilihat dari kibaran bendera negara favorit mereka di depan rumah. Pada era Wenas dahulu, 70-an sampai 90-an, hanya beberapa orang yang berani mengibarkan bendera negara lain di Ambon. Maklum, pada masa Orde Baru, mengibarkan bendera selain Merah Putih bisa ditangkap dengan alasan subversif. Kini bendera Belanda, Argentina, Jerman, dan Brasil banyak dijumpai di sudut-sudut Kota Ambon.

 

"Setelah kerusuhan 1999, semua membaik. Kondisi kehidupan antarumat beragama makin bagus. Gesekan tak separah dulu. Bahkan, kini saya katakan Ambon begitu damai," tutur Wenas.

 

Pria berdarah Manado-Maluku itu juga memahami dukungan fanatik warga Ambon kepada timnas Belanda karena banyak saudara mereka yang tinggal di Belanda. Ibarat Makkah yang menjadi jujukan umat muslim untuk berziarah, sebagian orang Ambon harus bisa ke Belanda untuk menjenguk tanah leluhur mereka.

 

Kekalahan timnas Belanda dalam adu penalti melawan Argentina di semifinal Piala Dunia Brasil, Kamis dini hari(10/7), tidak menyurutkan dukungan warga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News