Kalau Korban Pelecehan?
Siswa Tak Setuju
Rabu, 29 September 2010 – 06:51 WIB

Kalau Korban Pelecehan?
Senada dengan Icha, Sukri (13) menyatakan, jika wacana itu diterapkan, maka akan banyak remaja putri yang tidak bisa menikmati pendidikan. “Sudah bukan rahasia lagi, Mbak, zaman sekarang anak-anak remaja putri banyak yang kebablasan bergaul. Jangankan yang SMA, anak SMP saja sekarang sudah banyak yang “jebol”, saya tidak mengatakan di Jambi, tetapi baca di surat kabar juga,” kata siswa kelas IX itu, blak-blakan.
Terpisah, Bambang Bayu Suseno, anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jambi yang pertama kali mengeluarkan wacana tes keperawanan pada PSB itu menjelaskan, pada prinsipnya, tes keperawanan bukan untuk menghambat siswa untuk bersekolah.
Bagi siswa-siswa yang sudah “terlanjur” atau tidak perawan lagi gara-gara situasi tertentu, tetap bisa bersekolah. Caranya, dengan menerapkan sistem konseling pada saat tes PSB. “Kan banyak yang takut ngomong ke orang tuanya. Jadi, diadakan lah konseling, siswa bersangkutan bisa bicara ke konseling untuk mendapat pembinaan dan bantuan,” bebernya.
Tim konseling, katanya, nanti bakal melibatkan psikolog. Psikolog ini lah yang berperan penting untuk membina siswi-siswi yang terlanjur tidak perawan lagi semasa sekolah. “Ini baru wacana, masih dibahas lagi. Kita siap diskusikan masalah ini,” tandasnya.(tya/nas)
JAMBI -- Wacana penerapan tes keperawanan pada penerimaan siswa baru (PSB), mulai jenjang SD hingga SMA, ditentang beberapa siswa sekolah. Ini terungkap
BERITA TERKAIT
- Otto Hasibuan Sebut Toleransi Beragama di Peradi Sangat Luar Biasa
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Nota Kesepahaman Dewan Pers dan Kejagung Perlu Diperpanjang
- WDR 2025, Cak Imin: Ayo Membudayakan Berolahraga
- Kemenaker Targetkan 50 Ribu Calon Pekerja Ikut Program Magang Nasional
- Pesepeda Ontel Tewas Tertabrak Brio di Semarang