Kalau Mau Menjadi Global Player Gunakan Global Standard

Oleh Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc.

Kalau Mau Menjadi Global Player Gunakan Global Standard
Arief Yahya. Foto: JPNN

Ada beberapa pelajaran berharga yang kita dapat dari keberhasilan menaikkan peringkat kita di TTCI.Pertama, attention to detail, teliti dalam melakukan eksekusi. Semua ini bisa kita wujudkan bukan dengan cara main perintah ke anak buah. Hanya asal perintah ke anak buah, pokoknya harus tercapai. Seorang leader harus punya attention to detail, harus masuk ke detail-detail, tidak bisa asal tahu beres. Itu sebabnya saya minta ke Pak Sams untuk “memelototin” satu-persatu setiap pilar TTCI yang harus dikejar target score-nya.

Kita bedah mulai dari angkanya, elemennya seperti apa, pertanyaannya apa saja, kemudian dicermati satu-persatu pairing-nya dengan kementerian lain. Tidak bisa tidak seorang leader harus detail. Ingat, the devil is in detail.

Kedua, Indonesia Incorporated. Harus diingat, banyak dari pilar-pilar TTCI di atas yang hanya bisa terwujud dengan kementerian dan lembaga lain. Soal bandara misalnya, kita tak akan lepas dari Kementerian Perhubungan dan PT Angkasa Pura.

Karena itu keberhasilan kita naik peringkat TTCI sekaligus juga merupakan keberhasilan Indonesia Incorporated. Untuk bisa berkolaborasi dan bersinergi dengan kementerian dan lembaga lain, secara rutin kita mengadakan rapat koordinasi dengan mereka dan mendorong mereka untuk mendukung kita. Celakanya, hampir semua kementerian tidak mengerti apa itu TTCI.

Bahkan ada pertanyaan bagaimana hubungan kenaikan peringkat dengan kenaikan jumlah wisman. Itu pertanyaan yang sangat indirect tapi perlu dijelaskan dengan hati-hati.

Ketiga, dan yang terpenting adalah CEO Commitment.Hasil yang membanggakan ini bisa tercapai karena komitmen yang tinggi dari Pemimpin Tertinggi yaitu Bapak Presiden Joko Widodo, beliau sangat yakin dan sangat mendukung sektor pariwisata menjadi sektor unggulan.

Beliau secara langsung mengunjungi destinasi-destinasi pariwisata dan berulang kali memimpin Rapat Terbatas tentang pengembangan destinasi pariwisata prioritas.

Sementara itu, saya sendiri turun langsung beraudiensi ke markas besar WEF di Geneva Swiss untuk menyampaikan bahwa Indonesia sangat concern dengan TTCI dan menempatkan indikator TTCI sebagai perangkat untuk mendorong 3C. Kita terus-menerus berupaya memperbaharui kebijakan dan melakukan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, untuk meningkatkan daya saing kepariwisataan.

Moving Forward

Kalau sekarang April 2017 keluar laporan TTCI WEF, maka berarti kita masih punya waktu 2 tahun atau 24 bulan untuk menyiapkan laporan di April 2019. Tapi betulkah demikian? Rupanya tidak. Kalau ditarik mundur maka proses penilian WEF sudah ditutup pada Januari 2019, karena datanya sudah dihitung.

Jika ditarik mundur lagi, ternyata pengumpulan secondary data sebagian besar sudah berakhir pada September 2018. Artinya pada 2018 kita harus sudah menyelesaikan hasil laporan dari semua Kementerian dan lembaga (K/L) dan kemudian kita laporkan ke WEF.

Oleh karena itu kita harus bergerak cepat. Untuk action plan TTCI 2019, hal yang harus kita lakukan dalam 2 bulan ke depan (April-Mei 2017) adalah sosialisasi indikator TTCI ke K/L dan industri terkait. Kemudian mulai Mei 2017 kita harus melakukan percepatan dan prioritisasi pembangunan pendukung indikator TTCI, baik untuk data primer maupun sekunder. Nah, PR selanjutnya adalah, kita harus melakukan pembentukan opini publik selama setahun ke depan.

Ada sebuah kabar gembira saat kita melewati triwulan pertama tahun ini. Insan pariwisata Indonesia boleh berbesar hati, bahkan bangsa Indonesia boleh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News