'Kalau Saya Terus-terusan Nangis, gimana Nasib Anak Saya'

'Kalau Saya Terus-terusan Nangis, gimana Nasib Anak Saya'
Primaningrum menemani Balqis, anaknya, bersepeda. Foto: SEKARING RATRI/JAWA POS

Namun, akan jadi beda ceritanya jika hal tersebut dilakukan seorang anak dengan gangguan penglihatan atau tunanetra seperti Balqis.

Balqis adalah anak kedua di antara tiga kembar, putri pasangan Primaningrum dan Muhammad Rustam. Di usianya sekarang, Balqis tidak hanya mampu bersepeda sendiri. Dia juga cukup mandiri.

Gadis berambut sebahu itu hampir bisa melakukan segalanya sendiri. Mulai mandi, makan, bersepeda, mencuci piring, membereskan mainan, hingga menjemur pakaian.

Bahkan membikinkan minuman untuk tamu. ”Tapi, dia belum bisa pakai baki saat menyuguhkan minuman,” ujar Primaningrum saat ditemui di rumahnya di kawasan Pondok Gede, Bekasi.

Melihat tumbuh kembang putri keduanya tersebut, Prima pun masih bisa tersenyum. Sebagai gadis tunanetra, Balqis bisa melakukan banyak hal.

Namun, hal itu tidak datang tiba-tiba. Tidak mudah bagi Primaningrum menerima kenyataan bahwa putrinya tunanetra.

Perempuan 48 tahun itu mengisahkan, pada 17 September 2005, dirinya melahirkan tiga putri kembar. Ketiganya lahir prematur.

Malangnya, hanya dua yang bertahan hidup. Balqis dan kakaknya, Alifah.

SETIAP orang tua, tentu tidak mudah untuk menerima kenyataan bahwa bayi yang baru terlahir ternyata tunanetra. Dibutuhkan proses tertentu hingga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News