'Kalau Saya Terus-terusan Nangis, gimana Nasib Anak Saya'

'Kalau Saya Terus-terusan Nangis, gimana Nasib Anak Saya'
Primaningrum menemani Balqis, anaknya, bersepeda. Foto: SEKARING RATRI/JAWA POS

Namun, dari screening wajib bayi prematur, ditemukan kelainan pertumbuhan retina pada Balqis.

”Jadi, retinanya itu menggulung. Pada usia 32 hari, dengan kondisi itu, dicoba dokter mata untuk memperbaiki penglihatan Balqis,” kenang dia.

Prima pun disarankan untuk melakukan operasi di Singapura. Selama dua bulan, Balqis harus menjalani beberapa operasi hingga akhirnya dinyatakan failed alias gagal.

Putri keduanya dipastikan buta. Bukan perkara mudah menerima vonis dokter tersebut. Prima bingung, sedih, menyangkal, hingga meratap, kenapa hal tersebut harus terjadi kepada putrinya.

”Tapi, saya lalu berpikir, kalau saya terus-terusan nangis, nyeselin nasib, gimana nasib anak saya. Saya punya PR (pekerjaan rumah, Red) bahwa Balqis setiap hari akan terus tumbuh,” katanya.

Akhirnya, Prima mengambil hikmah dari semua itu. Perempuan berjilbab tersebut masih merasa beruntung karena Balqis terlahir kembar bersama Alifah.

Setidaknya keberadaan Alifah bisa menjadi pembanding bagi Balqis dalam hal tumbuh kembang.

Sebab, saat itu informasi tentang cara membesarkan anak tunanetra masih sangat minim.

SETIAP orang tua, tentu tidak mudah untuk menerima kenyataan bahwa bayi yang baru terlahir ternyata tunanetra. Dibutuhkan proses tertentu hingga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News