Kamari, si Penemu 1.001 Mayat

Kamari, si Penemu 1.001 Mayat
Mayat. Ilustrasi Foto: pixabay

Bersama dengan nelayan lain, ia langsung mengubur mayat di lahan kosong pinggir bendungan.

"Karena mayatnya tidak ada identitas dan tidak ada yang mengenalnya. Bahkan sehari pernah mengubur 10 mayat tanpa identitas pada waktu itu," tuturnya.

Baru setelah mendapat pemahaman pentingnya melapor ke polisi, ia langsung melaporkannya ketika menemukan mayat, baik yang ada identitas ataupun tanpa identitas.

Ia melaporkan dulu ke petugas jaga Bendungan Sengguruh, yang kemudian dilanjutkan ke polisi.

Karena sudah terbiasa dengan mayat, Kamari tidak merasa takut ataupun jijik, meski mayat dalam kondisi membusuk. Kamari mengaku sama sekali tidak merasakan bau. Ia mengangkatnya dengan tangan secara langsung tanpa pembungkus.

"Pernah saya mengangkat mayat pada bagian tangannya, malah protol (lepas, red) karena saking lamanya terendam air. Perasaan saya biasa saja. Selama ini juga tidak pernah dihantui, karena bagi saya sudah biasa," ungkap Kamari.

Bendungan Sengguruh memang sudah menjadi rumah kedua Kamari. Sejak masih muda hingga sekarang, pekerjaannya adalah pencari barang rongsokan (sampah plastik), dengan menggunakan alat perahu. Dari pekerjaan itu, setiap hari penghasilan rata-rata Rp 30 ribu.

Namun sejak tiga bulan lalu, Kamari tidak bisa bekerja maksimal. Perahu yang biasanya dibuat mencari rongsokan bocor dan sudah tidak bisa diperbaiki.

Kamari, 63, sudah menemukan lebih dari seribu mayat di Bendungan Sengguruh Kepanjen, Malang, sejak tahun 70-an. Dia pun mendapat julukan “Si

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News