Kapitalisme Sepak Bola

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Kapitalisme Sepak Bola
Seorang warga memegang kaus bergambarkan striker Argentina Lionel Messi dan frase yang berarti "Apa yang kau lihat, bodoh?" di suatu toko di Buenos Aires, Argentina. (12/12/2022) Foto: AFP/LUIS ROBAYO

Tinggal Argentina yang menjadi wakil Amerika Latin. Untunglah Argentina bisa melewati adangan Belanda.

Argentina tidak boleh gagal. Begitu kata teori konspirasi.

Banyak kejanggalan yang menguntungkan Argentina. Messi menjadi kandidat top scorer dengan lima gol, empat di antaranya melalui penalti.

Hanya satu gol yang dicetak melalui permainan hidup. Itu pun hanya dari laga Argentina melawan tim sekelas Australia.

Argentina terlalu mudah mendapatkan hadiah penalti, termasuk ketika menghadapi Kroasia. Messi terlalu dimanja, sehingga wasit yang membuatnya tidak senang pun harus dipulangkan lebih awal.

Itulah serangkaian teori konspirasi yang berkembang.

Kapitalisme global mempunyai ikon-ikon sendiri. Bill Gates, Jeff Bezos, Mark Zuckerberg, Jack Ma, dan Elon Musk adalah ikon kapitalisme global.

Sepak bola global juga punya ikonnya sendiri. Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Neymar Jr, adalah ikon sepak bola global.

Banyak kejanggalan yang menguntungkan Argentina. Messi menjadi kandidat top scorer dengan lima gol, empat di antaranya melalui penalti.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News