Laporan Greenpeace Tidak Akurat

Karliansyah: Kualitas Udara Jakarta Masih Baik

Karliansyah: Kualitas Udara Jakarta Masih Baik
Dirjen PPKL KLHK Karliansyah (tengah) didampingi Direktur Pengendalian Pencemaran Air, Luckmi Purwandari dan Sekretaris Ditjen PPKL KLHK Sigit Reliantoro membantah data Greenpeace soal kualitas udara Jakarta. Foto: KLHK

Karena itu, Karliansyah mempertanyakan alat ukur yang dipakai oleh Greenpeace. Pasalnya, berdasarkan alat yang dipakai untuk pemantauan kondisi udara dengan PM 2,5 tidak seburuk itu.

“Saya dan teman-teman di sini bertanya Greenpeace pakai data apa, metode dan instrumen apa, karena Kami yakin beliau-beliau pernah ke sini dan kami ajak ke lantai tiga di AQMS Center atau jaringan pemantau kualitas udara," katanya.

Namun ketika didesak wartawan apa dan mengapa Greenpeace merilis data yang demikian itu, Karliansyah hanya tersenyum dan hanya mengatakan, “Kalau soal itu, saya gak tahu. Yang jelas, kami punya alat pemantau udara.

Setelah acara konferensi pers, wartawan diajak ke lantai 3 Gedung Ditjen PPKL KLHK itu untuk melihat bagaimana alat pemantau udara itu beroperasi.

Perbaikan Kualitas Udara

Lebih lanjut, Dirjen Karliansyah menyebutkan KLHK sudah memiliki 14 Stasiun Pemantau Udara yang ditempatkan di Banda Aceh, Pekanbaru, Batam, Padang, Jambi, Palembang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Kalimantan Utara, Jakarta Pusat, Makassar, Manado, dan Mataram.

“Tahun 2019 ini kami akan memasang 13 alat pemantau udara lagi yang akan kami sebar di sejumlah kota,” katanya.

Diakui Karliansyah, sumber utama polusi udara adalah dari kendaraan bermotor yang pembakaranya kurang baik. Tetapi, jika sumber polusi dari pembangkit listrik tidak ada karena, PLTU di Muara Tawar dan Muara Karang sudah menggunakan gas sehingga tidak menimbulkan polusi.

Dirjen PPKL Kementerian LHK M. S. Karliansyah menegaskan udara Ibu Kota Jakarta tergolong masih baik dibandingkan kota-kota lain di dunia yang disergap polusi udara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News