Kasus Century Mulai Ganggu Ekonomi

Kasus Century Mulai Ganggu Ekonomi
DISKUSI - Christianto Wibisono, Nina Sapti, Aviliani dan Dahlan Iskan, saat diskusi terbatas "Anatomi dan Perspektif Kasus Bank Century" di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (10/12). Foto: Muhamad Ali/Jawa Pos.
Menurut Erry, pada saat itu, aksi jual besar-besaran melanda lantai bursa. Bahkan, saham-saham unggulan (blue chip) pun dijual murah oleh investor, karena semua ingin aman dengan memegang uang cash. "Jadi, pasar sudah tidak rasional," katanya.

Erry menceritakan, aksi penarikan modal dimulai oleh investor asing yang menarik dana besar-besaran untuk memperkuat likuiditas di kantor pusat mereka. Aksi itu diikuti oleh investor lokal yang kemudian ikut-ikutan keluar dari pasar. Dalam situasi demikian, lanjut dia, semua otoritas keuangan memang harus cepat mengambil kebijakan. Jika tidak, sistem keuangan terancam kolaps.

"Saat itu benar-benar mencekam. Jadi, krisisnya benar-benar krisis. Semua pelaku dan otoritas bursa bahkan sampai tidak tidur karena harus mengawasi pergerakan pasar lokal dan internasional. Saya ingat, kalau bisa tidur dua jam dalam sehari semalam saja, itu sudah kenikmatan luar biasa," paparnya.

Karena itu, lanjut Erry, kebijakan KSSK untuk menyelamatkan Bank Century dirasa sangat tepat dilakukan, jika melihat konteks situasi krisis saat itu. Sebab jika tidak, maka akan berpotensi menggoyang sistem keuangan secara keseluruhan.

JAKARTA - Kemelut kasus Bank Century yang merambah ke ranah politik, dinilai mulai mengganggu stabilitas ekonomil. Banyak kalangan pun berharap kasus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News