Kata Ekonom, Indonesia Bisa jadi Neraka Dunia jika Rakyat Terus Dimanja

Kata Ekonom, Indonesia Bisa jadi Neraka Dunia jika Rakyat Terus Dimanja
Truk tangki pengangkut BBM terbakar di SPBU Batulawang, Kota Banjar, Jawa Barat, Senin (20/1). Foto: ANTARA/HO warga

Dia menambahkan, harga BBM murah juga bisa membuat program energi alternatif selain fosil bisa menjadi lambat.

“Memang, ada tendensi kalau harga BBM murah insentif untuk mengembangkan energi altenatif jadi tidak menarik. Itu yang selama ini terjadi. Namun, saat harga BBM naik, baru kita panik,” ucap Uchok.

Uchok menilai, dalam penentuan harga BBM, perlu mempertimbangkan berbagai aspek termasuk pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Memang, ada koreksi harga niai tukar dan juga penurunan harga minyak. Namun tetap hati-hati dalam mengambil kebijakan harga BBM.

Dia mengingatkan, saat ini lebih penting mendorong daya beli masyarakat tetap terjaga agar ekonomi lebih berputar, konsumsi rumah tangga tidak anjlok.

Caranya, menekan inflasi pangan lewat operasi pasar di daerah, juga memastikan THR terhadap para pekerja dibayarkan.

Pengalaman pahit Venezuela telah memberikan pelajaran bahwa kebijakan populis yang memanjakan warga dengan aneka subsidi terbukti tidak produktif dan bisa menjerumuskan negara dalam krisis ekonomi.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Febby Tumiwa menyebut, saat ini untuk BBM subsidi diberikan pada BBM jenis diesel (solar) dan minyak tanah.

Di APBN 2020, besarnya Rp18,7 triliun. Yang besar adalah subsidi LPG 3 kg, senilai Rp49,4 triliun.

“Subsidi ini memang perlu dipangkas secara bertahap dan dialihkan kepada sektor lain yang produktif tetapi pengalihan tersebut harus memastikan bahwa masyarakat miskin tetap bisa mendapatkan energi dalam jumlah yang cukup dan berkualitas,” ujar Febby.

Ekonom Indef Uchok Pulungan mengatakan, kondisi Indonesia bisa berubah seperti Venezuela jika terus memanjakan rakyat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News