Katalog Offline

Oleh: Dahlan Iskan

Katalog Offline
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Itu memang pidato sehingga kalimatnya panjang. Saya tidak berani memendekkannya. Biar kelihatan orisinal.

Baca Juga:

Begitulah cara presiden marah. Sampai kata paling sakti dikeluarkan: bodoh.

Dulu banyak instansi ragu untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Takut terkena masalah hukum. Mereka pun sering konsultasi ke LKPP agar aman. Kini justru LKPP yang memayungi mereka. Kurang apa.

Katalog-katalog elektronik milik semua daerah sudah "dicantolkan" ke katalog LKPP. Sampai-sampai sekarang ini katalog LKPP sudah mirip Tokopedia atau Bukalapak. Siapa saja boleh posting barang di LKPP. Tidak ada seleksi lagi. Tidak ada batasan waktu lagi.

Dulu, untuk masuk katalog LKPP harus tunggu "musim pendaftaran" dibuka. Kalau sudah tutup, harus tunggu pendaftaran tahun berikutnya. Kini, kapan saja Anda bisa posting barang dan jasa di situ.

Sejak LKPP dipimpin mantan Bupati Banyuwangi Azwar Anas, jumlah isi katalog itu "meledak". Persaingan antarpengusaha kian keras.

”Tingkat persaingan di e-katalog saat ini bisa 50 kali lebih keras daripada dua tahun lalu," ujar pengusaha mebel Jakarta. Ia masuk e-katalog sejak lima tahun lalu. Sejak jauh sebelum dipimpin Anas.

Lucunya, atau boneknya, produk yang tidak punya sertifikat TKDN pun berani masuk e-katalog. TKDN adalah singkatan "tingkat komponen dalam negeri".

Pertama marah, Presiden Jokowi menetapkan target: pembelian barang dalam negeri harus mencapai Rp 400 triliun di akhir Mei 2022. Target itu meleset.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News