Ke Madeira, Mengunjungi 'Rumah Sejarah' Cristiano Ronaldo

Lempar Kursi ke Guru, Pilih Jadi Pemain Sepak Bola

Ke Madeira, Mengunjungi 'Rumah Sejarah' Cristiano Ronaldo
Museum Cristiano Ronaldo yang berada di Jalan Princesa Dona Maria Amelia, Madeira, Portugal. Foto dok. Real Madrid

Nuno yang tidak memiliki bakat sepak bola sebesar Ronaldo harus merelakan saudara kecilnya itu mengejar mimpinya di luar Madeira dengan nilai transfer EUR 22.500 (sekitar Rp 355 juta dengan kurs Rp 15.800). "Sejak kecil dia memang sudah sering memecahkan rekor transfer," kata Nuno sambil menunjukkan foto Ronaldo kecil memakai kaus hijau putih bergaris milik Sporting Lisbon.

Di Lisbon Ronaldo langsung menarik perhatian petinggi klub sejak hari pertama bergabung. Skill-nya mengolah si kulit bundar dinilai di atas rata-rata pemain lainnya. Itu sebabnya, Ronaldo cepat mendapat kepercayaan menjadi pemain utama timnya.

Kecerdasannya bermain bola ternyata tak berbanding lurus dengan kecerdasannya di sekolah. Pada umur 14 tahun Ronaldo meninggalkan sekolah untuk sepenuhnya bermain sepak bola. Itu terjadi setelah sebuah insiden pelemparan kursi yang diduduki Ronaldo ke gurunya. Ronaldo menilai gurunya merendahkan harga dirinya. Sayang, kursi bersejarah itu tidak masuk menjadi memorabilia di Museum Cr7.

Setahun berada di Lisbon, Ronaldo terdeteksi mengalami gangguan irama jantung. Klub lantas mengobatkan CR7 dengan memasang ring di jantungnya. Tak lama kemudian, dia diundang ke London untuk beruji coba di Arsenal. Periode tersebut ditandai dengan foto Ronaldo di tempat latihan Arsenal. Namun, Manajer Arsenal Arsene Wenger tidak tertarik dengan pemuda kurus itu. Sehingga mimpi Ronaldo main di Liga Inggris tertunda.

Bintang terang mulai datang setahun kemudian (2002) ketika Manchester United melakukan laga ekshibisi melawan Sporting Lisbon. Sporting menang 3-0 dan para pemain United mendesak Manajer Sir Alex Ferguson "mengambil" Ronaldo. Gayung bersambut, Sporting melepasnya. Remaja kerempeng itu pun dibeli United seharga EUR 15 juta. Foto Ronaldo dengan kaus tenun ikat warna biru kuning yang dipakainya saat mengikat kontrak terpasang di salah satu dinding museum. Di sampingnya ada replika trofi Piala FA yang dipersembahkan Ronaldo untuk United setahun setelah kedatangannya.

Di zona Hall of Fame, pengunjung bisa melihat penghargaan-penghargaan yang diterima CR7. Center of gravity di zona ini tentu saja sepatu emas dan dua trofi Ballon d'Or (pemain terbaik dunia) yang diterima Ronaldo. Di tempat itu juga berdiri patung lilin Ronaldo. Pengunjung biasanya tidak melewatkan momen untuk mejeng bersama "Ronaldo" itu.

Yang tak kalah menarik adalah penghargaan yang diterima Ronaldo dari pemerintah Portugal berupa gelar Grand Officer Ordem do Infante Dom Henrique atau Order of Prince Henry the Navigator. Ini adalah penghargaan tertinggi ketiga di Portugal setelah Grand Collar dan Grand Cross. Selain Ronaldo, gelar yang sama pernah diterima Kaisar Akihito dari Jepang dan pahlawan Afrika Selatan Nelson Mandela.

"Cristiano adalah duta Portugal. Tidak ada nama besar dari Portugal yang lebih populer daripada Cristiano Ronaldo di dunia saat ini. Karena itu wajar bila dia mendapat gelar Kesatria Portugal," terang Nuno.

Seakan tak ingin melupakan tanah kelahirannya, pesepak bola Cristiano Ronaldo mendirikan museum pribadi di Funchal, ibu kota Madeira, Portugal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News