Kebakaran di Gunung Merbabu Mengancam Satwa Endemik

Kebakaran di Gunung Merbabu Mengancam Satwa Endemik
Kebakaran hutan Gunung Merbabu sudah menjalar hingga puncak. Foto: ARIEF BUDIMAN/RADAR SOLO

jpnn.com, BOYOLALI - Kebakaran hutan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) mengancam habitat satwa endemik. Salah satunya satwa rek-rekan.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 1, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) Nurpana Sulaksono menyebut di Merbabu hidup satwa khas endemik rek-rekan. Hanya hidup di kawasan hutan wilayah Kecamatan Ampel dan Selo, Kabupaten Boyolali.

Hewan ini biasanya hidup secara berkelompok. Satu kelompok ada sekitar 10-20 individu. Diperkirakan, jumlahnya kini tinggal belasan ekor saja.

Jika kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Merbabu tidak segera tertangani, dikhawatirkan mengancam habitat rek-rekan. Sebagai catatan, titik api terpantau masih terlihat di wilayah Ampel.

“Ya benar. Rek-rekan habitatnya hanya ada di Merbabu wilayah Ampel. Bahkan di Gunung Merapi tidak ada. Populasi spesies ini diperkirakan tinggal 17 ekor saja,” ucap Nurpana.

Selain Rek-rekan, satwa liar di hutan wilayah Ampel yakni lutung dan elang Jawa. Serta satwa-satwa liar lainnya. “Di Ampel ini merupakan tempat pengamatan habitat elang Jawa. Kebetulam di Ampel ini habitatnya masih bagus,” tandasnya.

Ditambahkan Nurpana, kawasan hutan yang terbakar masuk zona inti, zona rimba, hingga zona pemanfaatan atau rehabilitasi. Beloum masuk ke zona tradisional yang berbatasan langsung dengan permukiman penduduk.

Sedangkan vegetasi yang terbakar, hidup di zona inti. Yakni tumbuhan khas pegunungan berupa sabana, bunga edelweis, serta cantigi. Sedangkan tanaman keras yang sudah terbakar antara lain pinus, akasia, dan puspa.

Kebakaran hutan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) mengancam habitat satwa endemik, salah satunya satwa rek-rekan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News