Kejayaan Lan Fang, Republik Pertama di Indonesia, yang 'Berlanjut' di Singapura

Nenek Lee Kuan Yew Orang Hakka dari Pontianak

Kejayaan Lan Fang, Republik Pertama di Indonesia, yang 'Berlanjut' di Singapura
Tjong Yu Fei, penjaga klenteng Lo Fang Pak, di Sungai Purun Besar, Kecamatan Sungai Pinyuh, Pontianak tampak membersihkan sisa-sia hio yang terbakar. Klenteng ini merupakan sisa peninggalan dari era kejayaan Lo Fang Pak, pemimpin Republik Lan Fang di Kalimantan Barat. Foto : Hendra Eka/Jawa Pos
Meski, kenyataannya, syarat untuk terbentuknya sebuah republik telah terpenuhi. Tak cuma punya rakyat dan wilayah, Lan Fang rutin menghelat pemilu untuk memilih "presiden." Lan Fang juga memiliki sistem perekonomian, perbankan, dan Hukum sendiri. Republik ini mampu bertahan hidup selama 107 tahun.

Kisah sejarah Republik Lan Fang sejatinya mulai direstorasi oleh berbagai pihak. Salah satunya, adalah situs lanfangchronicles.wordpress.co m yang tiga tahun ini sudah membuat pameran tentang Lan Fang di Singapura. Berbagai peninggalan Lan Fang telah pula direstorasi.

Mulai dari miniatur bentuk uang, menara perlindungan, lukisan-lukisan dan foto zaman dahulu, hingga membuat pagelaran puisi tentang perang kongsi. Pagelaran tersebut bahkan masuk menjadi agenda rutin Singapore Art Fest. Ironis memang, semua itu dilakukan oleh warga Singapura, bukan Indonesia sebagai pemilik sejarah.

Soedarto, sejarawan Kalbar saat ditemui Jawa Pos di Pontianak pertengahan bulan ini memaklumi hal itu. Sebab, arsip-arsip tentang Lan Fang sudah tidak ada lagi di tanah air. Termasuk juga arsip-arsip sejarah lainnya. "Semuanya ada di luar, dibawa Raffles ke Inggris (Thomas Stamford Bingley Raffles, mantan Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia dan pendiri Singapura, red)," katanya.

Dia menyebutkan kalau arsip negara yang dibawa menuju Inggris mencapai 30 ton. Kalau Indonesia mau menelusuri perjalanan sejarah bangsa secara utuh, arsip-arsip itu harus dikembalikan. Jika masih berada di museum Royal London, penelusuran itu sangat sulit dilakukan.

Bercerita tentang ketidakpedulian akan sejarah bisa jadi sudah membosankan. Itulah kenapa, Soedarti hanya bisa diam saat mengingat beberapa arsip tentang masa lalu Kalbar sudah menghilang. "Termasuk syair Perang Kenceng, bagian dari perang antar kongsi, itu kini ada di Malaysia," gumamnya.

Dia ingat, hilangnya arsip dari tanah air bukan hanya terjadi saat era penjajahan saja. Pasca kemerdekaan juga ada, prasasti dan arsip tersebut dijual dengan satu alasan: ekonomi. Soedarto menyebut barang berharga itu rela ditukar dengan rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
     
Atas dasar itulah, Soedarto mengaku tak tahu banyak tentang keturunan Lo Fang Pak. Yang bisa dia pastikan adalah, para pemimpin Lan Fang harus murni orang Hakka. Benar-benar pure orang Tionghoa dari tanah Tiongkok. Mereka yang lahir di tanah Borneo dapat dipastikan tak bisa duduk di puncak pimpinan.

Terkait keabsahan keturunan orang-orang Lan Fang di Singapura, Soedarto yang mantan guru sejarah itu menjawab bisa jadi seperti itu. Kuatnya Lan Fang menjadi daya tarik bagi perantauan Tiongkok untuk terus datang. Bahkan Pontianak dulunya menjadi tempat transit bagi mereka yang ingin ke Mandor, ibu kota Lan Fang.

Mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew termasuk keturunan Lan Fang. Sayang, restorasi jejak kebesaran republik pertama di Nusantara tersebut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News