Kekecewaan Warga Indonesia di Sydney Setelah Perbatasan Ditutup

"Ketika Melbourne sudah buka [perbatasan], salahnya [saya] menunda-nunda, jadi [berpikir] 'ya sudahlah sekalian Natal', karena tidak ada pikiran kasus [di Sydney] akan ada lagi."
Di tengah kesibukan mereka, Jeanette dan pasangannya yang sudah dua tahun menjalankan hubungan jarak jauh, selalu mencoba untuk bisa bertemu.
"Biasanya kami bertemu dua bulan sekali dan gantian saling mengunjungi. Yang penting bisa bertemu di akhir pekan setelah aktivitas masing-masing di hari biasa," katanya.
"Tapi sudah satu tahun tidak bertemu karena COVID," ujar Jeanette.
Jeanette mengetahui soal adanya izin yang memberikan pengecualian bagi warga Sydney yang ingin pergi ke Victoria, namun menurutnya proses tersebut akan "memakan banyak waktu".
"Karena perginya tidak terlalu lama, dan antara pergi sama waktu karantinanya lebih banyak waktu karantina," kata Jeanette kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
Pemerintah Victoria telah memperingatkan warga yang datang dari New South Wales harus menjalani karantina selama 14 hari di hotel.
"Jadi ya mungkin coba ditahan karena menghabiskan uang juga kalau harus karantina dan harusnya bisa kerja jadi tidak bisa kerja."
Sudah dua tahun lamanya seorang ibu asal Indonesia di Sydney bernama Ling Ling, tidak berjumpa dengan ketiga anaknya yang tinggal di Melbourne, Victoria, Australia
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025