Keliling 11 Negara dengan Biaya Rp 0 untuk Jalur Darat

Keliling 11 Negara dengan Biaya Rp 0 untuk Jalur Darat
Rizal (kanan) dan hitchhiker Korea Shako Wong mencari tumpangan di Thailand. Foto: Rizal Rakhmat for Jawa Pos

Tidak hanya di Ho Chi Minh, Rizal juga pergi ke Nha Trang, Da Nang, dan Hanoi sembari mengurus visa untuk ke Tiongkok. Masih dengan menggunakan jalur darat, Rizal ke Kota Nanning, Kunming, dan Dali. Setelah itu, lanjut ke Laos. Rizal ingin merasakan sensasi kemping di tepi Sungai Mekong. Perjalanan berikutnya, dia menuju ke Myanmar. ”Dari Myanmnar, balik lagi Thailand. Lalu, saya pergi ke India,” ujarnya.

Sesampai di airport, Rizal mendapat masalah. Petugas bandara tidak tahu bahwa wisatawan dari Indonesia bisa mengurus visa di tempat (visa on arrival). Rizal harus menunggu berjam-jam ketika petugas bandara mencari informasi.

Kota pertama yang dikunjungi adalah Kolkata. Lalu Varanasi, Agra, Bodhgaya, New Delhi, Mumbai, Gorakhpur, Haridwar, dan Risikis. Di India, Rizal mengaku bisa melihat belasan pertengkaran di jalan. ”Di kereta hanya gara-gara nemu bolpen yang jatuh, dua orang bisa bertengkar untuk rebutan,” contohnya.

Rizal juga menjadi paham, mengapa fenomena pemerkosaan tinggi di India. Berdasar pengamatannya, jumlah perempuan yang mau keluar rumah tidak sebanyak laki-laki. Hal itu menjadikan laki-laki India mudah tergoda bila melihat perempuan di luar rumah. Apalagi jika sendirian. ”Kebanyakan perempuan India selalu ditemani suami atau keluarga laki-laki saat keluar rumah,” jelasnya.

Bahkan, salah seorang tuan rumahnya di Varanasa mengatakan pernah memerkosa seorang gadis. Meski begitu, India merupakan negara paling berkesan. Banyak pelajaran hidup yang dia dapat. ”Tuan rumah saya, meski berbeda agama, mau mengantarkan ke masjid yang jaraknya 30 km dari rumah agar saya bisa salat Jumat,” cerita Rizal.

Akhir dari India adalah saat Rizal ke New Delhi, naik kereta menuju Gorakhpur yang berbatasan dengan Nepal, tujuan selanjutnya. ’’Di Nepal cukup bawa visa dan katakan namaste. Maka, semuanya beres,’’ ucapnya.

Maksud pernyataan itu adalah warga Nepal sangat terbuka dengan wisatawan asing. Mengurus visa on arrival sangat mudah. Rizal menjelajahi Kathmandu, Lumbini, dan akhirnya pergi ke puncak Langtang.

Perlu 10 hari untuk tracking hingga ketinggian 5.200 mdpl. Cuacanya pernah mencapai minus 10 derajat. Rizal tidak sendiri. Di jalan dia bertemu dengan dua teman, yaitu Yau Kit Cheong dari Hongkong dan Ofer Carmon dari Israel. Mereka mendaki bersama. Memang tidak sampai puncak, tapi mereka bisa melihat Tibet dari jauh.

Banyak tawaran menjalani traveling tanpa harus mengantongi banyak uang. Misalnya, yang dilakukan Rizal Rakhmat. Sejak Februari 2014, dia menjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News