Keliling 11 Negara dengan Biaya Rp 0 untuk Jalur Darat

Keliling 11 Negara dengan Biaya Rp 0 untuk Jalur Darat
Rizal (kanan) dan hitchhiker Korea Shako Wong mencari tumpangan di Thailand. Foto: Rizal Rakhmat for Jawa Pos

Di KL, dia kemping dua minggu di Taman Negara, Pahang. Rizal sudah lama ingin menginap di salah satu hutan hujan tropis tertua di dunia tersebut. Tanpa sengaja, dia bertemu kelompok pekerja yang sedang membuka jalur baru. Rizal menawarkan diri membantu. Mereka mengiyakan. Sebagai kompensasi, Rizal mendapat makanan dan tumpangan gratis. Namanya juga kemping di tengah hutan, Rizal bisa melihat binatang liar yang lewat sekilas. ”Seperti macan, tapir,” katanya.

Setelah itu, Rizal berkemas dan merasa ingin melakukan perjalanan darat ke Thailand. Seorang sopir truk memberinya tumpangan. Sang sopir adalah ustad di Malaysia yang mempunyai pondok pesantren. Yang paling diingatnya, selama perjalanan sekitar enam jam, sang sopir berpesan supaya Rizal segera menyudahi perjalanan dan menjalani hidup normal.

Namun, Rizal tetap maju tak gentar. Dia turun dari truk tersebut di Kota Bibit Kayu Hitam, daerah Malaysia yang berbatasan dengan Hat Yai, Thailand Selatan. Rizal lalu melanjutkan perjalanan dengan menumpang dan menumpang.

Hingga dia tiba Bangkok. Rizal tinggal empat hari, lalu berlanjut ke Kamboja. Yang digunakan tetap jalur darat. Dari Bangkok, dia mendapat tumpangan ke Aranyaprathet, kota perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Dia melanjutkan perjalanan dengan tumpangan ke Kota Siem Reap karena ingin ke Kuil Angkor Wat. Tidak lupa mampir ibu kota Kamboja, Pnom Penh.

Dia hanya tinggal di sana selama seminggu. ’’Harga makanan di Pnom Penh relatif mahal,’’ ujarnya.

Rizal lalu menuju ke Vietnam. Tepatnya ke Kota Ho Chi Minh. Sebelumnya saat kuliah, Rizal pernah ke Ho Chi Minh sebagai single backpacker. Dia merasa betah dan ingin mengulang.

Begitu tiba di Ho Chi Minh, Rizal yang kelelahan tertidur di taman kota dengan menggunakan sleeping bag. Dia didatangi polisi. Mungkin karena namanya masih mengandung unsur Islam, Rizal dicurigai.

Untungnya, dia punya teman CouchSurfing yang bersedia menjemput dan menjelaskan kepada polisi setempat. Di Vietnam Rizal bertahan dua minggu. ’’Harga makanan di Vietnam serbamurah. Orangnya lucu-lucu. Pemandangannya bagus. Banyak alasan untuk betah di sana,’’ ungkapnya.

Banyak tawaran menjalani traveling tanpa harus mengantongi banyak uang. Misalnya, yang dilakukan Rizal Rakhmat. Sejak Februari 2014, dia menjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News