Keliling 11 Negara dengan Biaya Rp 0 untuk Jalur Darat

Keliling 11 Negara dengan Biaya Rp 0 untuk Jalur Darat
Rizal (kanan) dan hitchhiker Korea Shako Wong mencari tumpangan di Thailand. Foto: Rizal Rakhmat for Jawa Pos

Saat awal meminta izin, anak kedua pasangan Dwi Setio dan Wiwik Sugiarsih itu langsung mendapat tentangan keras dari sang bapak. ’’Katanya boleh pergi, asal ke Arab, biar bisa sekalian naik haji,’’ ucapnya menirukan perkataan bapaknya saat itu.

Namun, Rizal bersyukur. Restu orang tua turun juga. Tanpa pikir panjang, Rizal resign dari pekerjaannya sebagai jurnalis per 1 Februari 2014. Penerbangan pertamanya dimulai tiga hari kemudian. ”Beberapa minggu sebelumnya, ketika tanda-tanda diizinkan mulai terasa, saya hunting tiket pesawat terbang,” katanya.

Memulai perjalanan itu, Rizal hanya membawa satu backpack. Isinya? Tenda lipat, sleeping bag, matras, cooking set, dua T-shirt, dan celana kargo. Menjadi seorang hitchhiker harus ramping supaya nyaman berlari-lari ketika mengejar tumpangan.

Negara pertama yang dijujuk adalah Kuala Lumpur (KL). Sebenarnya, Rizal tidak punya alasan memilih Malaysia yang pertama dikunjungi.

Seperti juga nanti negara-negara yang lain, tidak ada alasan tertentu. Dia mengikuti kata hatinya secara spontan pergi ke mana pun. Semua bisa diwujudkan karena Rizal punya banyak teman dari berbagai negara. Teman-teman tersebut didapat lewat situs CouchSurfing, sebuah jejaring sosial yang banyak digunakan pelancong untuk mendapatkan arahan hingga tumpangan gratis ketika traveling.

Rizal saat di Surabaya juga sering nge-host (menjadi tuan rumah). Dia menyediakan rumahnya sebagai tempat tinggal gratis bagi para wisatawan asing yang ke Surabaya. Teman-teman itu juga menjadi tambahan jaringannya dalam traveling kali ini.

Hanya tiga hari di Kuala Lumpur, Rizal terbang ke Melbourne. Menggunakan jalur darat, dia menumpang mobil sedan menuju Adelaide. ’’Saya ke Adelaide karena ada teman yang bersedia menampung saya di sana,’’ papar pria kelahiran Surabaya, 26 April 1989, tersebut.

Di Adelaide Rizal bekerja sebagai pemetik buah. Jatah bekerja hanya 5–6 jam per hari karena dia datang dengan menggunakan visa working holiday. Setelah itu, Rizal kembali ke Melbourne untuk terbang lagi. Kali ini pilihannya kembali ke Kuala Lumpur. ’’Soalnya, harga tiket ke KL selalu murah,’’ ucap pencinta tahu tek tersebut.

Banyak tawaran menjalani traveling tanpa harus mengantongi banyak uang. Misalnya, yang dilakukan Rizal Rakhmat. Sejak Februari 2014, dia menjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News