Kelompok Penebar Kebencian Tumbuh Subur di Era Trump

Kelompok Penebar Kebencian Tumbuh Subur di Era Trump
Aksi demonstrasi kelompo supremasi kulit putih di Charlottesville, Virginia, Amerika Serikat. Foto: AFP

Ironisme sejarah yang telah berurat itu pulalah yang mungkin menyulitkan upaya untuk menghapus kelompok-kelompok pendukung kebencian di AS. Jumlah mereka hanya naik turun, tapi tak pernah benar-benar tertekan secara drastis.

Mereka hanya menunggu momen untuk berkembang kembali menjadi lebih besar. Patung-patung konfederasi yang menjadi simbol perbudakan masih bertebaran di mana-mana. Termasuk patung Jenderal Robert E. Lee yang jadi pemicu tragedi di Charlottesville.

Sebagian patung sudah diturunkan. Namun, berdasar jajak pendapat yang digelar CNN, mayoritas penduduk menentang penurunan patung para tokoh konfederasi.

Tidak mengherankan saat Donald Trump mencalonkan diri sebagai presiden tahun lalu, kelompok-kelompok seperti supremasi kulit putih, Ku Klux Klan, anti-LGBT, antimuslim, dan kelompok lainnya seperti mendapatkan angin segar.

Trump dianggap sebagai dalang peningkatan kelompok tersebut. Berdasar data dari Southern Poverty Law Center (SPLC), kelompok antimuslim malah naik tiga kali lipat. Tak mengherankan.

Selama kampanye, Trump berkali-kali melabeli umat Islam sebagai teroris. Dan, sejak itu pulalah serangan terhadap tempat-tempat ibadah umat Islam juga meningkat drastis.

SPLC, sebuah kelompok yang mengadvokasi toleransi dan hak asasi manusia, mendesak masyarakat AS yang menentang rasisme ikut bertindak. Tidak hanya mendiamkan.

”Dalam kebencian, apatis akan dianggap sebagai isyarat menerima oleh pelaku, publik, dan yang lebih buruk oleh korban. Anggota komunitas harus mengambil tindakan agar kebencian tidak mencuat.” Demikian bunyi pernyataan SPLC.

Tragedi di Charlottesville akhir pekan lalu hanyalah bagian kecil dari gelombang pasang hate group alias kelompok penebar kebencian di AS.

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News