Kemenkes, Bio Farma & Takeda Berkolaborasi Mencapai Nol Kematian Akibat DBD pada 2030

Kemenkes, Bio Farma & Takeda Berkolaborasi Mencapai Nol Kematian Akibat DBD pada 2030
Nyamuk Aedes Aegepty penyebar DBD. Foto: Health

jpnn.com, JAKARTA - Kemenkes RI, PT. Takeda Innovative Medicines, dan PT Bio Farma menjalin komitmen bersama dalam penerapan upaya berkesinambungan untuk menanggulangi kasus dengue di Indonesia.

Kemenkes RI mencatat dalam 47 pekan tahun 2023 (periode Januari – November), terdapat 83.302 kasus DBD pada 465 kab/kota di 34 provinsi dengan angka kematian 574 kasus.

Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kemenkes RI Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, mengemukakan untuk bisa menekan angka kejadian dengue di Indonesia, diperlukan pelaksanaan strategi yang menyeluruh dan sistematis. 

"Kami melihat penguatan sistem dan data menjadi kunci yang bisa mengantarkan pada tujuan bersama ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030.

Tentunya hal itu tidak lepas dari perlunya sinergi yang kuat antara berbagai pihak, baik pemerintah maupun sektor swasta," tutur dr. Maxi dalam keterangannya, Jumat (12/1).

Sehubungan dengan hal tersebut, Kemenkes RI telah meluncurkan Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI) pada Februari 2023, yang ke depannya akan menjadi alat bantu pencatatan dan pelaporan surveilans dengue serta Arbovirosis lainnya yang bisa menampilkan data real time.

Selain memperkuat pengumpulan dan validasi data persebaran dengue di Indonesia, diperlukan juga intervensi inovasi guna menurunkan angka kejadian dengue. 

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht menyampaikan sampai saat ini, belum ada obat yang spefisik untuk menyembuhkan dengue. 

Kemenkes bersama PT Bio Farma ,dan Takeda berkolaborasi dalam mencapai target nol kematian akibat dengue atau DBD pada 2030.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News