Kemenkeu Bakal Mempertajam Subsidi, 2 Sektor Jadi Perhatian

Kemenkeu Bakal Mempertajam Subsidi, 2 Sektor Jadi Perhatian
Literasi keuangan yang rendah mengakibatkan investasi bodong marak di Indonesia. Ilustrasi/foto: Ricardo/JPNN.com

Berbanding terbalik, empat desil terkaya menikmati 57,9 persen dari total LPG bersubsidi.

Tak hanya itu, penyediaan LPG di Indonesia ternyata mayoritas berasal dari impor yakni mencapai 80 persen dari total LPG.

Terlebih lagi, harga komoditas energi semakin meningkat akibat konflik geopolitik namun Harga Jual Eceran (HJE) tetap Rp 4.250 per kilogram sejak 2010 sedangkan harga keekonomiannya kini mencapai Rp 19.609 per kilogram.

“Ini menunjukkan besarnya beban dari subsidi LPG yang kita lakukan tapi ini keputusan dari kita bersama untuk menjaga daya beli di tengah ketidakpastian 2022,” jelasnya.

Kemudian, dari sisi konsumsi LPG bersubsidi juga makin meningkat yaitu diproyeksikan mencapai 7,82 juta metrik ton pada 2022 sedangkan konsumsi LPG non subsidi sebesar 0,58 juta metrik ton.

Selain itu, subsidi BBM ternyata turut dinikmati masyarakat mampu yaitu sebanyak 60 persen masyarakat terkaya menikmati hampir 80 persen dari total konsumsi atau 33,3 liter per rumah tangga per bulan.

Di sisi lain, 40 persen masyarakat terbawah hanya menikmati konsumsi BBM bersubsidi sebanyak 17,1 liter per rumah tangga per bulan.

Febrio menambahkan selisih antara harga penetapan dengan harga keekonomian dari BBM jenis solar saat ini sangat tinggi yakni Rp 5.150.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebut pihaknya mengevaluasi sejumlah kebijakan subsidi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News