Kementan Genjot Ekspor dan Investasi Bidang Tanaman Pangan

Kementan Genjot Ekspor dan Investasi Bidang Tanaman Pangan
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi usai Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Investasi Bidang Tanaman Pangan di Depok, Jawa Barat. Foto: Kementan

Di tempat yang sama, Kepala Subdirektorat Fasilitasi Promosi Luar Negeri BKPM, Sri Endang Novitasari mengungkapkan pentingnya meningkatkan arus investasi langsung yang berorientasi ekspor. "Pasalnya, investasi dapat membuka lapangan kerja sekaligus meningkatkan volume ekspor," ungkapnya.

Perlu diketahui sejak tahun 2017 Indonesia masuk ke dalam G20. Secara ekonomi Indonesia urutan 16 terbesar di dunia dengan GDP lebih dari USD 1 triliun. Indonesia sendiri menyumbang 2.5 persen dari pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan, ada keyakinan lembaga rating akan perekonomian Indonesia yang dibuktikan dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan peringkat dari 120 menjadi 73. “Hal ini mengindikasikan bisnis di Indonesia semakin dipermudah,” tutur Sri Endang.

Tahun 2019 diakui sebagai tahun politik yang mengakibatkan PMA cenderung menurun. Namun demikian, Sri Endang menjelaskan sektor primer yang termasuk di dalamnya sektor pertanian menyumbang investasi sebanyak Rp 600 triliun atau sekitar 17,5 persen dari total realisasi investasi. Bahkan realisasi PMDN sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan Januari sampai Juni tahun 2019 naik 11,7 persen, lebih tinggi dari kenaikan tahun 2018 sebesar 9,5 persen. "Secara total, realisasi investasi tahun 2014-Juni 2019 total Rp 3.372,4 triliun naik 206% dari periode 2010-2014 sebesar Rp 1.634 triliun," jelasnya.

Upaya Mendorong Investasi

Sri Endang menyatakan terdapat tiga hal utama untuk mendorong investasi di Indonesia. Pertama, dengan mengurangi prosedur perizinan. Kedua simplifikasi regulasi yang tumpang tindih dan inkonsisten. Yang ketiga, melakukan perizinan secara online melalui Online Single Submission (OSS) dengan sistem data sharing yang bisa dipakai oleh seluruh Kementerian dan Lembaga.

“Tantangan ke depan untuk investasi sektor tanaman pangan dengan mengatasi tiga permasalahan utama yaitu perizinan, pengadaan lahan serta perbaikan regulasi dan kebijakan yang inkonsisten," tuturnya.

"Ini yang harus kita carikan solusi bersama karena sektor pertanian menjadi salah satu dari sektor prioritas untuk investasi," tambah Sri Endang.

Terkait pengadaan lahan, Sigit Nugroho, perwakilan dari Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK menjelaskan bahwa dari luas kawasan hutan sebesar 120,65 juta hektar, ada potensi yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman pangan, yaitu seluas 12,8 juta hektar berupa hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) untuk sektor lain.

Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menggenjot ekspor, sekaligus percepatan investasi bidang tanaman pangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News