Kementan: Penerapan Smart Farming Genjot Produksi dan Ekspor Pertanian

Kementan: Penerapan Smart Farming Genjot Produksi dan Ekspor Pertanian
Foto: Mentan Syahrul Yasin Limpo saat memberikan pengarahan dalam kegiatan Training Of Trainer (TOT) Smart Farming. (Dok Kementan)

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu berharap adanya ToT smart farming dapat lebih masif menarik minat generasi milenial untuk terjun pertanian.

Sebab, kemajuan pertanian turut didukung generasi milenial karena memiliki semangat berinovasi yang tinggi.

"Karena terbukti, petani milenial yang kami asistensi rata-rata penghasilanya ada yang puluhan juta, Rp 400 juta dan bahkan ada yang sampai Rp 2 miliar. Pemasaran hasil pertanian by digital, bisa jual dari desanya sendirinya," ujar SYL.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menjelaskan teknologi smart farming dikembangkan sebagai salah satu respons adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi saat ini. 

Smart farming memungkinkan petani memiliki kontrol yang lebih baik terhadap proses produksi, melalui pengelolaan pertanaman dan ternak yang baik hingga efisien.

"Konsep pembangunan pertanian harus diikuti dengan peningkatan agenda intelektual seluruh stakehokder utamanya petani sebagai garda terdepan,” kata dia.

Dedi menambahkan smart farming adalah pemanfaatan produk bio teknologi yang di dalamnya ada pemupukan berimbang, penggunaan varietas yang berproduksi tinggi, mekanisasi pertanian, dan pemanfaatan internet of things

Berdasarkan itulah, BPPSDMP menyelenggarakan ToT bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian. 

Kementan melalui BPPSDMP menggelar Training Of Trainer (TOT) Smart Farming bagi dosen, guru, dan penyuluh pertanian guna meningkatkan kompetensi SDM pertanian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News