Wujudkan Swasembada Pangan Berkelanjutan

Kementan-PERTETA Sinergi Mengembangkan Mekanisasi

Kementan-PERTETA Sinergi Mengembangkan Mekanisasi
Pembicara pada acara Focus Group Discussion bertema “Peran Teknologi Pertanian dalam Keberlanjutan Swasembada Pangan” yang digelar Pusdatin Kementan bersama PERTETA di Bogor, Minggu (22/10). Foto: Kementan

Terkait hal ini, Ketua Pengurus Pusat PERTETA, Prof. Desrial mengapresiasi program Kementan dalam mengedepankan penggunaan mekanisasi untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Menurutnya, program pendampingan dan pengembangan mekanisasi dapat dilakukan PERTETA.

“PERTETA memiliki cabang di semua provinsi. Pendampingan dan terutama program mengkorporasikan petani dan koperasi bisa dilakukan. Misalnya membuat pemetaan sebaran bantuan alsintan, penentuan lokasi distribusi, pelatihan, membangun bengkel atau klinik lokal, sehingga kerusakan alsintan bisa direspon cepat,” ujarnya.

Ketua PERTETA Provinsi NTB, Murad menilai program pendampingan alsintan merupakan langkah nyata untuk mengoptimalkan penggunaan bantuan alsintan. “Dengan pendampingan ini, dapat dipastikan produksi dan kesejahteraan petani meningkat,” ujarnya.

Kepala Pusdatin Kementan, Suwandi menegaskan di era pemerintahan Jokowi-JK yakni tahun 2014 hingga 2017, Kementan telah menyalurkan bantuan alsintan 284.436 unit atau naik 2.175 persen dari 2014 yang hanya 12.501 unit. Hasilnya, produksi pangan strategis meningkat secara signifikan. Misalnya produksi padi tahun 2017 sebesar 81,5 juta ton naik 15,1% dari 2014, jagung 26,0 juta ton naik 36,9%, aneka cabai 1,90 juta ton naik 1,5% dan bawang merah 1,42 juta ton naik 15,3% dari 2014.

“Nilai tambah peningkatan produksi dari tahun 2014 hingga 2016 untuk 43 komoditas mencapai Rp 288 triliun,” tegasnya.

Selain itu, Kementan juga berhasil tingkatkan luas tambah tanam (LTT) menjadi 16,39 juta ha meningkat 2,34 juta ha atau 16,65% serta Indeks Pertanaman (IP) 1,73 persen atau meningkat 2,95 persen. Karena itu, sejak tahun 2016 tidak impor beras, cabai segar, dan bawang merah.

“Kemudian, impor jagung 2016 sebesar 1,13 juta ton turun 62 persen dari 2015 sebesar 3,26 juta ton dan tahun 2017 tidak impor jagung dan gandum pakan ternak, sehingga hemat devisa 10,6 triliun,” pungkas Suwandi.

Hadir pada diskusi ini Staf Khusus Mentan, Sam Herodian, Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi, Ketua PERTETA, Prof. Desrial, Tenaga Ahli Mentan, Budi Indra Setiawan, Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian Kementan, Andi Nur Alam Syah, Ketua Cabang PERTETA Se Indonesia.(adv/jpnn)


Mentan Amran mengungkapkan ada lima poin penting yang perlu dibahas dalam FGD guna mewujudkan keberlanjutan swasembada pangan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News