Amran Bisa Mengubah Indonesia Negara Importir jadi Eksportir

Amran Bisa Mengubah Indonesia Negara Importir jadi Eksportir
Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Foto: Fajar

jpnn.com, JAKARTA - Kinerja sektor pertanian pada pemerintahan Jokowi-JK, yang dimandori Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan jajarannya makin maju dan cukup signifikan.

Tak berlebihan, kinerja itu bak membalikkan telapak tangan. Hanya kurang dari tiga tahun, negeri yang hampir tiga dekade ketergantungan impor bahan pangan, kini berevolusi menjadi negara eksportir mulai dari komoditas bawang merah, beras, jagung dan segera menyusul komoditas pangan lainnya.

“Harus jujur mengakui prestasinya. Hanya Mentan Amran Sulaiman yang bisa mengubah Indonesia jadi negara eksportir dari sebelumnya hampir tiga dasawarsa jadi importir komoditas pangan. Soal volume ekspor dan jenis komoditasnya banyak atau sedikit, itu tidak masalah. Tetapi ekspor komoditas kita itu sudah dicatat dengan tinta emas dalam lembaran negara dan menjadi devisa negara. Itu bagai pelaris ditorehkan pemerintahan Jokowi-JK kepada negeri ini dan negara tujuan ekspor," ujar Oloan Mulia Siregar, pengamat masalah sektor pertanian di Jakarta, Minggu (22/10).

"Ibarat film, Jokowi- JK sutradaranya dan Andi Amran Sulaiman dan team worknya jadi bintangnya. Itu sukses story yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun dalam menyambut tiga tahun Kabinet Kerja Jokowi-JK. Itu juga bukan pencitraan. Saya yakin mereka yang mengkritik secara tajam, kalau dikasih jabatan sebagai Mentan belum tentu sanggup. Ini seperti main bola. Penonton lebih hebat daripada pemainnya, biasalah itu pada era keterbukaan ini kawan,” imbuh Oloan.

Pernyatan tersebut menanggapi pemberitaan dengan judul “Impor Beras Era Jokowi Tembus Rp15,7 Triliun” dengan pernyataan Direktur Utama Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati bahwa ketergantungan impor di era pemerintahan Jokowi masih sangat tinggi padahal anggaran program kedaulatan pangan sangat tinggi.

Ini juga sekaligus penyataan ekonom senior Indef Bustanul Arifin yang mengatakan, impor beras era pemerintahan Jokowi tahun 2016 mencapai 1,2 juta ton dan Januari-Mei 2017 sebesar 94 ribu ton.

Sekedar tahu saja, data BPS 2016 bersumber dari bea-cukai, impor beras tahun 2016 mencapai 1,2 juta ton, Namun itu merupakan beras luncuran impor masuk Indonesia awal tahun 2016 dari kontrak impor BULOG pada tahun 2015.

Selanjutnya disebutkan bahwa ada impor beras Januari-Mei 2017 sebesar 94 ribu ton, setelah dicek dan ditelusuri kode HS dan data lainnya, ternyata itu bukan impor beras konsumsi, namun beras pecah 100 persen alias menir untuk keperluan industri.

Pengamat masalah sektor pertanian Oloan Mulia Siregar bicara soal Kementan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News