Kemiskinan dan Korupsi Mewabah, Pasukan Khusus Bubarkan Pemerintah

Seorang saksi mengaku melihat iring-iringan truk terbuka, mobil tentara, dan sepeda motor yang membunyikan klakson sambil menyoraki warga.
"Guinea bebas! Bravo," seorang perempuan berteriak dari balkon rumahnya.
Alexis Arieff dari Badan Riset Kongres AS mengatakan meski pemberontakan dan kudeta bukan hal baru di Afrika Barat, kawasan itu telah mengalami "kemunduran besar demokrasi" dalam beberapa tahun terakhir.
Baik Conde maupun pemimpin Pantai Gading telah mempengaruhi parlemen untuk memperpanjang masa jabatan mereka, sementara Mali pernah menghadapi dua kudeta militer dan Chad sekali.
Guinea sudah mengalami kesinambungan pertumbuhan ekonomi selama satu dekade pemerintahan Conde berkat kekayaan bauksit, bijih besi, emas dan berlian mereka. Namun baru sedikit penduduknya yang merasakan manfaat dari kekayaan alam itu.
Kritikus mengatakan pemerintah Conde telah menerapkan undang-undang kriminal yang restriktif untuk mencegah perbedaan pendapat, sementara kelompok-kelompok etnis dan korupsi yang merajalela telah memperuncing persaingan politik.
"Sementara presiden menyatakan di mana-mana bahwa dia ingin memerintah secara berbeda dengan memberantas korupsi, penggelapan uang rakyat tetap meningkat. Orang kaya baru sedang mengejek kita," kata Alassane Diallo, warga Conakry.
"Itu semua yang membuatnya lebih mudah bagi militer." (ant/dil/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Komandan pasukan khusus mengatakan kemiskinan dan korupsi yang mewabah telah mendorong pasukannya melengserkan presiden.
Redaktur & Reporter : Adil
- Yunus Wonda Diminta Bertanggung Jawab di Kasus PON XX Papua
- MUI Dukung Kejagung Membongkar Habis Mafia Peradilan
- Eks PJ Wali Kota Pekanbaru dan 2 Anak Buahnya Akui Terima Gratifikasi Miliaran Rupiah
- Dibui 19 Tahun, Terdakwa Kasus Korupsi Timah Meninggal Dunia
- Bukan Hasto, Ini Nama yang Disebut Sebagai Pemberi Suap PAW Harun Masiku
- Hakim Tersangka Suap Sembunyikan Rp 5,5 Miliar di Kolong Kasur, MA Kena Sentil