Kenapa Vanuatu Selalu Begitu Kepada Indonesia?

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kenapa Vanuatu Selalu Begitu Kepada Indonesia?
Peta Republik Vanuatu. Foto: Google Map

Indonesia di bawah Soeharto dianggap sukses menghancurkan gerakan komunis melalui operasi militer besar-besaran setelah kudeta yang gagal pada 1965.

Puluhan ribu sampai ratusan ribu simpatisan komunis menjadi korban. Amerika berterima kasih kepada Soeharto dan mem-back up dengan memberi berbagai bantuan ekonomi.

Serangan terhadap Timor Timur juga direstui oleh Amerika dan sekutunya Australia. Timor Timur berhasil ditundukkan dan dianeksasi menjadi bagian Indonesia. Banyak negara dan LSM (lembaga swadaya masyarakat) internasional yang menentang aneksasi itu.

Namun, selama masih ada dukungan Amerika, rezim Soeharto masih aman.

Keadaan geopolitik berubah setelah ambruknya komunisme 1990-an. Amerika tidak lagi melihat komunisme sebagai ancaman.

Rekor pelanggaran HAM oleh Soeharto kemudian makin terekspos di dunia internasional. Hampir setiap tahun, kecaman terhadap pendudukan Timor Timur muncul di sidang PBB.

Enough is enough. Amerika sudah merasa cukup dengan Soeharto. Menyusul jatuhnya rezim Soeharto pada 1998, Timor Timur pun lepas dari Indonesia pada 1999. Amerika sudah tidak melihat kepentingan strategisnya di Indonesia, karena komunisme sudah tidak dianggap sebagai ancaman.

Kasus Timor Timur tidak sama dengan Papua. Namun, benang merahnya terlihat jelas. Amerika tetap memainkan peran penting dalam percaturan geopolitik internasional. Ilmuwan Amerika Serikat Noam Chomsky mengatakan, Amerika selalu bersikap pragmatis dalam menjalankan politik luar negerinya.

Dalam lima tahun terakhir sejak 2016 di forum Sidang Umum PBB, Vanuatu selalu menyoal Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News