Kepsek di Purworejo: Orang Tua, Siswa, dan Guru Ingin PTM Penuh
"Sejak pembelajaran daring diterapkan pada Maret 2020, banyak sekali pengaduan masuk ke kami," ungkap Winardi kepada JPNN.com, Selasa (20/4).
Pengaduan orang tua murid ini, lanjutnya, bermacam-macam. Ada yang kebingungan mengajarkan materi kepada siswa.
Tidak sedikit pula yang mengeluhkan soal ketiadaan fasilitas belajar daring. Kalaupun ada gawai, pulsanya sering dipakai siswa main game. Beruntung ada bantuan subsidi kuota dari Kemendikbud yang menurut Winardi sangat membantu orang tua murid.
Problematika keluarga itu kata Winardi membuat orang tua mengadu ke sekolah. Sebagai kepsek, Winardi bisa memahami karena banyak siswa yang orang tuanya bekerja di Jakarta sehingga hanya dititipkan ke neneknya.
"Ini yang membuat anak-anak itu akhirnya berhenti sekolah karena neneknya enggak bisa mengajar cucunya," terangnya.
Saat ini jumlah siswa di SDN Sendangsari tinggal 77 orang dari sebelumnya 92. Tidak ingin jumlah anak putus sekolah meningkat, Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo menerapkan sistem konsultasi terprogram.
Sistem ini kata Winardi diberlakukan sejak September 2020 sampai hari ini.
Dia menjelaskan, dengan sistem tersebut, para siswa mendapatkan jatah belajar di sekolah tiga kali dalam seminggu.
Sekolah-sekolah negeri yang siswanya sedikit dan fasilitas terbatas sangat menginginkan pembelajaran tatap muka dilakukan secara penuh.
- Lestari Moerdijat: Peningkatan Kualitas Lingkungan Belajar PAUD Harus jadi Kepedulian Bersama
- Anies Pernah Bikin Fasilitas Day Care Terbaik di Kemendikbud dan Balai Kota Jakarta
- Dirut BPJS Ketenagakerjaan Dukung Jaminan Sosial Masuk Kurikulum Merdeka
- Kualitas Udara Sedikit Membaik, Pemkot Kembali Berlakukan Pembelajaran Tatap Muka
- Pekan Kebudayaan Nasional Kembali Digelar Kemendikbudristek, Catat Jadwalnya!
- Mendikbudristek Serukan Investasi Lebih Besar untuk Pengembangan Anak Usia Dini di Asia Tenggara