Keren, Alat Deteksi DBD Ini Inovatif dengan Harga Terjangkau

Keren, Alat Deteksi DBD Ini Inovatif dengan Harga Terjangkau
Irvan Faizal PhD, molecular biotechnologist BPPT dengan alat deteksi DBD: Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, SEMARANG - Ingin mengurangi angka kematian akibat deman berdarah dengue (DBD), peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menciptakan sebuah alat yang bisa mendeteksi penyakit mematikan itu lebih awal.

Mesya Mohamad, Jawa Pos National Network

ADALAH Irvan Faizal PhD, molecular biotechnologist BPPT. Peneliti lulusan universitas di Herosima, Jepang ini membuat alat deteksi DBD yang sangat inovatif dengan harga terjangkau.

Sepintas alat ini mirip test pack. Demikian juga cara kerjanya. Bedanya test pack menggunakan urine sebagai media. Sedangkan alat yang diberi nama kit diagnostik DBD ini spesimennya darah.

Cara pengujiannya sangat mudah. Pasien diambil darahnya kemudian teteskan ke alat deteksi dalam posisi datar.

“Alat ini harus diletakkan mendatar agar darah mengalir pelan. Kalau alatnya berdiri, darahnya cepat mengalir sehingga mengurangi keakuratan deteksi,” kata Irvan saat ditemui dalam pamaren rapat kerja nasional (Rakernas) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang pada 3 sampai 4 Januari 2019.

Untuk mengetahui apakah pasien positif DBD, bisa dilihat dari garis merah yang muncul pada alat deteksi. Bila alat menunjukkan dua garis merah, tandanya positif DBD. Sedangkan satu garis merah tandanya negatif.

Yang menarik dari alat ini adalah, deteksi DBD bisa diketahui lima jam pascadigigit nyamuk. Namun, bagi yang tidak tahu bila kena gigitan nyamuk Aedes Aegypti, diagnosis bisa dilakukan saat penderita mengalami demam. Tidak perlu menunggu demam di atas tiga hari tapi sehari panas langsung bisa dideteksi.

Peneliti lulusan universitas di Herosima, Jepang ini membuat alat deteksi DBD yang sangat inovatif dengan harga terjangkau.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News