Keren, ICCC Malang Raya Jadi Kolam Inspirasi Industri Kreatif

Keren, ICCC Malang Raya Jadi Kolam Inspirasi Industri Kreatif
Kota Malang, salah satu daerah yang sukses mengembangkan industri kreatif. FOTO: Malang Post/JPNN.com

jpnn.com - MALANG – Beruntung Kota Malang Raya menjadi host dari event Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) 2016. Acara yang dimulai digelar (31/3) itu benar-benar menjadi kolam inspirasi, ajang berbagai ilmu dan pengalaman seputar industri kreatif. 

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, hingga Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf membeber tips sukses dalam industri yang banyak didominasi anak-anak muda itu.

Masih ada banyak pembicara yang dihadirkan dalam konferensi ICCC di Harris Hotel & Conventions Malang itu. Hadir juga Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ridwan Hisjam, Anggota Komisi X DPR RI Moreno Soeprapto, Wali Kota Malang Moch. Anton, Wali Kota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto, hingga Ketua DPRD Kota Malang Arif Wicaksono, dan masih banyak lagi.

Dalam presentasinya, Kang Emil menyebut bahwa kota kreatif adalah tempat pertemuan dari 3T. Yakni talenta, teknologi, dan toleransi. ”Kita harus bisa menyatukan tiga hal tersebut,” ujar Kang Emil.

Upaya mewujudkan 3T bisa dilakukan dengan memperbanyak ruang interaksi sosial. Baik itu berupa tempat nongkrong maupun taman. Biasanya, di tempat-tempat seperti ini muncul ide-ide baru. ”Anak muda itu harus dibuat sibuk. Agar tidak terjerumus ke hal negatif,” papar Kang Emil.

Kang Emil berpesan agar Kota Malang memilih salah satu produk kreatif unggulannya. ”Jadilah ‘dokter spesialis’. Jangan jadi ‘dokter umum’,” pesan Kang Emil buat Kota Ngalam yang selama ini juga dinilai banyak melahirkan anak-anak kreatif. Menurutnya, tidak ada satu pun kota di dunia yang sukses dengan konsep 16 sentra kreatif, tidak fokus.

Dia menyebut, ekonomi kreatif punya dampak yang besar. Ambil contoh apa yang terjadi pada Facebook. ”Facebook itu kalau sekarang dijual, harganya Rp 4 ribu triliun,” paparnya. Padahal, semula dikonsep dengan model yang simple, hanya beberapa gelintir manusia saja. Kini sudah menjadi perusahaan raksasa dunia, dan mendunia.

Sementara itu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia Triawan Munaf mengatakan, industri kreatif berkontribusi 6,1 persen terhadap perekonomian dunia. ”Tidak seperti sumur-sumur minyak. Sumur-sumur kreativitas tak pernah kering,” ujarnya sambil menjelaskan, konsep sustainable development industry. Kreativitas bisa lahir dari mana saja, dari siapa saja, tidak memandang strata social.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News