Kesadaran KB Pria Makin Meningkat

Kesadaran KB Pria Makin Meningkat
Ilustrasi. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Pola pikir masyarakat tidak selalu berjalan beriringan dengan arus modernisasi dan globalisasi. Hal itu disampaikan Penyuluh Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Kecamatan Bubutan Emy Saraswati.

Menurutnya, masih ada warga yang tertinggal. Tingkat pembangunan masih kurang, partisipasi masyarakat rendah, penghijauan rendah, dan keikutsertaan dalam program keluarga berencana (KB) juga rendah. "Nah, kawasan inilah yang dibidik dalam Kampung KB," ujarnya.

Di wilayah Kecamatan Bubutan, kawasan yang menjadi Kampung KB adalah RW 8 Dupak Timur. Kawasan itu, ujar Emy, memang perlu mendapatkan perhatian. Ancaman narkoba rentan menyerang sewaktu-waktu. Terutama pada generasi muda.

Kebersihan dan penghijauan juga perlu terus digencarkan. Tingkat pengetahuan masyarakat pun penting untuk ditingkatkan. Salah satunya, masih ada warga yang belum menyadari sepenuhnya tentang pentingnya akta kelahiran maupun kematian.

Karena itu, beberapa waktu lalu, pihaknya menggandeng Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya untuk menyosialisasikan pentingnya akta kelahiran dan kematian. "Masih ada warga yang belum punya akta," tuturnya. 

Kondisi tersebut tentu disesalkan. Meski berada di wilayah tengah kota, kondisinya masih terbelakang. Belum lagi adanya pendatang. Karena itu, berbagai upaya terus dilakukan demi menumbuhkan kesadaran masyarakat. "Kami sosialisasikan pentingnya pendidikan. Karena kelak juga berpengaruh ke faktor ekonomi," jelasnya.

Yang tidak kalah penting adalah sosialisasi tentang keluarga berencana. Emy menyebutkan, sosialisasi tentang KB tidak hanya dilakukan di wilayah Kampung KB. Tetapi juga di berbagai wilayah lain. Salah satunya tentang penggunaan KB pria. 

Menurut Emy, jumlah akseptor KB pria di wilayah Kecamatan Bubutan mengalami peningkatan. Terhitung sejak 2017 terdapat 38 pria yang menjadi akseptor. Mereka menggunakan kontrasepsi metode operasi pria (MOP) atau vasektomi. "Banyak yang berminat," ujarnya. 

Hal tersebut tidak lepas dari kesadaran dan kepedulian masyarakat itu sendiri. Terutama kepedulian terhadap istri dan masa depan buah hati. "Bukan hanya toleransi. Si bapak juga peduli kepada istri. Sebab, ada yang kadang tidak cocok saat istri KB, pendarahan, dan sebagainya. Akhirnya kesadaran berbagi peran tumbuh," terangnya.

Tidak ada batasan usia bagi laki-laki untuk menjadi akseptor MOP. Yang penting, ujar Emy, si laki-laki masuk kategori usia subur. Di wilayah Kecamatan Bubutan, usia laki-laki termuda yang ikut MOP adalah 31 tahun. "Karena usia menikah muda dan anak sudah tiga. Kesepakatan bersama dengan istri, tidak ingin punya anak lagi," terangnya.

Ke depan, sosialisasi terkait keluarga berencana terus digencarkan. Hal serupa terlihat di RW 7 Morokrembangan, Kecamatan Krembangan.

Wilayah tersebut juga merupakan Kampung KB. Penyuluh Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Kecamatan Krembangan Madi Guntoro menyebutkan, sejak menjadi Kampung KB, wilayah itu perlahan-lahan mengalami peningkatan jumlah akseptor. (puj/c25/ano) 

Bukan hanya toleransi. Si bapak juga peduli kepada istri. Sebab, ada yang kadang tidak cocok saat istri KB


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News