Kesaksian Warga di Desa-Desa Jawa Tengah yang Tergenang Air Pasang Abadi

Dia ingat masa kecilnya bermain di sawah, menyaksikan warga memanen jagung dan melihat ular meluncur di rerumputan.
Dia mengatakan Bima, putranya yang berusia tiga tahun tak akan mengalami apa yang mereka rasakan dan berharap anaknya punya kesempatan untuk tinggal di tempat lain saat dia dewasa.
“Saya khawatir karena setiap tahun airnya semakin tinggi. Tapi kami tidak punya sumber daya. Kalau kami punya sumber daya, kami akan pindah,” kata Sri Wahyuni.
Munadiroh, 46 — Mondoliko
Sebuah bak putih terapung yang sebelumnya digunakan untuk menampung barang-barang dari dalam air ditambatkan ke teras kayu Munadiroh, yang sudah ditinggikan.
Buku-buku yang rusak karena air terlihat dijemur hingga kering.
Tanpa tanah tersisa di desa, dua ekor ayam berkeliaran dekat sebuah pohon. Ini adalah satu-satunya suara yang terdengar di seluruh desa.
Mondoliko menjadi sunyi sejak banjir terus-menerus memaksa sebagian besar orang keluar.
Bahkan masjid setempat, tempat suami Munadiroh melayani sebagai ustadz, telah menghentikan azan yang biasanya diserukan lima kali sehari.
Di pantai utara Jawa Tengah, penduduk di desa Mondoliko dan Timbulsloko hidup dengan terjebak air di rumah mereka saat air pasang
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Tiga Saksi dari Gapensi Ungkap Fee 13 Persen Disetor ke Alwin Basri Suami Mbak Ita
- Ahmad Luthfi Jadikan Kantor Gubernur Jateng sebagai Rumah Rakyat