Kesenjangan Ekonomi di Sydney Makin Terasa karena Lockdown COVID-19

Kesenjangan Ekonomi di Sydney Makin Terasa karena Lockdown COVID-19
'Lockdown' di Sydney semakin memperlebar kesenjangan kehidupan warga, antara mereka yang sudah kesulitan dengan yang tidak. (ABC News: Mridula Amin)

"Hidupku 100 persen menjadi lebih sulit sebagai seorang single mother selama lockdown," kata Elena.

"Saya kehilangan pekerjaanku, tapi karena saya berkulit putih dan fasih berbahasa Inggris, saya tahu cara mendapatkan informasi, saya rasa tidak semua orang memiliki hak istimewa tersebut.”

Sejak ia menjadi pengangguran, dia mengandalkan yayasan untuk memberi makan putranya yang berusia enam tahun dan putrinya yang berusia sembilan tahun.

Sebelum wabah COVID-19, pendapatan rata-rata 20 persen rumah tangga paling kaya di Australia adalah A$4.166, atau lebih dari Rp40 juta per minggu sebelum pajak, menurut laporan bersama tahun 2020 oleh Dewan Layanan Sosial Australia dan University of New South Wales.’

Angka pendapatan tersebut enam kali lebih tinggi dibandingkan 20 persen warga dengan pendapatan terendah, yakni AU$753, atau kurang dari Rp8 juta per minggu. 

Laporan tersebut menemukan kesenjangan semakin melebar selama dua puluh tahun terakhir dan diperkirakan akan terus meningkat karena dampak pandemi COVID-19 pada ketersediaan lapangan pekerjaan.

Ahli epidemiologi Deakin University, Sharon Brennan-Olsen, mengatakan Sydney sedang mengulangi pola ketidaksetaraan di Melbourne yang disebabkan oleh 'lockdown'.

"Mereka yang mengalami lebih banyak kerugian adalah populasi rentan, perempuan dan anak-anak, migran dan juga pekerja dengan pendapatan rendah," kata Profesor Brennan-Olsen.

Ahli epidemiologi Deakin University, Sharon Brennan-Olsen, mengatakan Sydney sedang mengulangi pola ketidaksetaraan di Melbourne yang disebabkan oleh lockdown

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News