Ketabahan Para Penderita Penyakit Langka (1)

Sebulan Enam Kali Bedah Kepala, Anggap Dapat Pinjaman Umur

Ketabahan Para Penderita Penyakit Langka (1)
Ketabahan Para Penderita Penyakit Langka (1)

Dengan pinjaman umur dari Tuhan, begitu Dian memberi istilah perjalanan hidupnya hingga saat ini, dirinya harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak membuangnya dengan percuma. Dia menilai, baterai kehidupan ada di jiwa, bukan di fisik. Jika baterai redup, tak bermaknalah hidup ini, kendati secara fisik masih segar-bugar. ’’Saya hanya ingin kegiatan di Syamsi Duha menjadi ladang amal bagi saya, suami saya, dan semuanya,’’ ucap Dian yang kini aktif sebagai pembicara seminar itu.

Bergelut dengan lupus dalam sembilan tahun terakhir membuat dirinya makin sadar bahwa sungguh keliru jika kita selalu tak puas pada hidup. Kalau semua hal yang tak memuaskan dianggap masalah, kata dia, hidup tak akan pernah dijalani dengan rasa syukur dan puas. ’’Jangan setiap ada kendala dikit, langsung dianggap masalah. Kalau pola pikirnya seperti itu, nggak akan ada habisnya,’’ ujarnya. ’’Saya mengambil hikmah itu dalam sembilan tahun terakhir yang menjadi titik balik dalam kehidupan saya,’’ imbuhnya.

Lupus membuat Dian selalu mensyukuri apa pun yang terjadi. ’’Setiap ada masalah, jangan sibuk dengan kejadiannya. Selalu bertanya, (masalah ini) maksudnya apa, ya? Kalau tidak, kita hanya dapat bengep-nya saja, nggak pernah bisa mengambil hikmahnya,’’ tegasnya.

Sekarang, dia pun makin yakin bahwa para odapus masih bisa memberikan sumbangsih bagi lingkungannya. Beragam aktivitas sosial dihelat bersama jaringan odapus di Indonesia. ’’Aktivitas ini membuat saya selalu mampu berpikir positif pada hidup dan kehidupan,’’ katanya.

Di kalangan aktivis pemberdaya penderita lupus atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE), nama Dian Syarief sudah tidak asing. Dian yang menderita

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News