Ketidakpercayaan Warga kepada Aparat Hambat Vaksinasi di Papua

Ketidakpercayaan Warga kepada Aparat Hambat Vaksinasi di Papua
Warga menerima suntikan vaksin COVID-19 dosis pertama di Agats, Asmat, Papua, Kamis (01/07/2021). (Supplied: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Saat itu Janius Bagau, korban luka tembak dari Amaesiga, dibawa ke sebuah klinik di Intan Jaya oleh saudara kandungnya, Soni Bagau dan Justinus Bagau.

Mereka diduga telah diperiksa, diinterogasi lalu dipukul di dalam Puskesmas Bilogai, hingga ketiganya dinyatakan meninggal dunia. 

Dalam pernyataan kepada kantor berita Reuters, juru bicara TNI Komando Wilayah Papua, Kolonel Gusti Nyoman Suriastawa mengatakan "ketiganya berusaha kabur, menyerang dan berusaha merebut senjata dari tim Gabungan TNI-Polri yang menjaga Puskesmas."

Tapi Rut Sondegau, istri Janius mengatakan itu tidak benar, ketiganya tidak pernah berupaya untuk kabur dan mereka tak tahu keberadaan senjata.

'Cara Pemerintah membunuh kita'

Ambros mengaku sudah mencoba meyakinkan Ibunya yang tinggal di Jayapura untuk mau divaksinasi.

Tetapi ia mengaku sulit meyakinkannya karena masalah ketidakpercayaan pada aparat."

"Saya sudah menjelaskan pentingnya vaksinasi, tapi Ibu saya bilang 'ah kamu anak kecil tau apa, ini bisa jadi salah satu cara pemerintah membunuh kita' begitu kata Ibu saya," ujar Ambros.

Ia bisa memahami kecurigaan ibunya, yang mengalami dan menyaksikan kekerasan aparat di Papua sejak tahun 1970an sampai sekarang.

Selain maraknya hoaks dan berbagai teori konspirasi, ada penyebab lain yang menyebabkan program vaksinasi COVID-19 tersendat, yakni ketidakpercayaan pada aparat

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News